Seorang dokter umum di Bandung Barat, dr Mariska Haris, baru-baru ini membagikan kisahnya yang menjadi viral di media sosial. Ia menangani seorang pasien perempuan berusia 21 tahun yang didiagnosis mengalami gastritis erosif atau peradangan pada lambung.
Pasien tersebut datang dengan keluhan demam, batuk, mual, muntah, sakit perut, serta kehilangan nafsu makan selama sekitar satu minggu terakhir. Kondisinya bahkan sempat memburuk hingga ia tidak bisa bangun dari tempat tidur karena tubuhnya sangat lemas.
Menurut dr Mariska, pasien memang memiliki pola makan yang kurang baik. Setelah ditelusuri, diketahui bahwa pasien terbiasa mengonsumsi seblak setiap hari, bahkan bisa hingga dua kali dalam sehari. Sebaliknya, untuk makanan pokok seperti nasi, pasien hanya makan sekali sehari, dan terkadang tidak makan sama sekali jika tidak berselera.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebelumnya sudah ke bidan biasa di kampung kan gitu, tapi nggak sembuh ya karena nggak makan. Bahkan 1 hari sebelum ke saya dia sampai nggak bangun dari tempat tidur saking lemas, nggak makan. Ortunya bilang, sehat aja jarang makan," ucap dr Mariska, saat dihubungi detikcom, Kamis (4/8/2025).
"Alhamdulilah diobservasi di saya 14 jam, sudah sehat bisa makan dan sudah pulang," lanjutnya.
dr Mariska menjelaskan risiko dari seblak umumnya berasal dari bahan olahan beku, termasuk kerupuk. Karena itu, ia menyarankan agar topping seblak diganti dengan bahan yang lebih segar, seperti udang, seafood, atau sayuran. Ia juga mengingatkan agar penggunaan sambal tidak berlebihan.
Begitu juga mengonsumsi seblak sebaiknya jangan berlebihan dan porsinya harus dibatasi. Ia juga menekankan pentingnya memenuhi kebutuhan nutrisi yang lengkap dan gizi seimbang setiap hari.
"Paling seblak boleh lah satu minggu sekali atau dua kali saja, dan tentu saja makan nasi tetap yang utama," jelasnya.
Senada, spesialis penyakit dalam dr Aru Ariadno, SpPD-KGEH, menjelaskan pada dasarnya seblak terbuat dari kerupuk basah yang dimasak dengan berbagai bumbu, terutama kencur dan cabai. Terkadang, seblak juga ditambahkan bakso, sosis, maupun ceker ayam.
Menurut dr Aru, seblak umumnya tak sehat lantaran mengandung tinggi kalori, lemak, dan garam.
"Sehingga bisa meningkatkan risiko obesitas, penyakit jantung, hipertensi, kolesterol dan gangguan pencernaan," ucapnya saat dihubungi detikcom, Kamis (4/8).
Pada bumbu yang terlalu pedas dan berminyak, lanjut dr Aru, dapat mengiritasi lambung dan memicu sakit maag.
Terkait gastritis erosif, dr Aru menjelaskan kondisi ini terjadi akibat peradangan lapisan lambung yang menyebabkan pengikisan (erosi) pada mukosa lambung.
"Penyebabnya banyak mulai dari makanan, obat-obatan, stres, zat kimia dan lain-lain," lanjutnya.
"Makan seblak yang berlebihan apalagi disertai dengan kondisi bumbu yg terlalu pedas atau saat makan kondisi dinding lambung sedang dalam keadaan tidak baik-baik, maka kemungkinan terjadinya gastritis erosif dapat terjadi," lanjutnya lagi.
Meskipun demikian dr Aru mengatakan memerlukan pemeriksaan lebih lanjut seperti endoskopi saluran cerna untuk melihat ada tidaknya gastritis erosifa dan pemeriksaan bakteri H.pylori untuk menentukan penyebabnya.
"Pola hidup yg baik termasuk pola makan dapat mencegah terjadinya gangguan saluran cerna termasuk gastritis erosif. Sebaiknya hindari makanan yg terlalu pedas, mengandung zat aditif seperti pengawet/pewarna/penyedap rasa, processed food," lanjutnya.
"Hindari juga stres berlebihan, kurang istirahat, rokok, alkohol & minuman bersoda," imbuhnya lagi.
dr Aru juga mengingatkan untuk tidak berlebihan mengonsumsi seblak. Pasalnya, kebiasaan makan seblak secara berlebihan, terutama dengan bumbu yang terlalu pedas, bisa meningkatkan risiko gangguan pada lambung.
"Apalagi jika dikonsumsi saat kondisi dinding lambung sedang tidak sehat, maka kemungkinan terjadinya gastritis erosif atau peradangan pada lambung bisa semakin besar," lanjutnya.
Simak Video "Video: Seblak Disebut Jadi Penyebab Anemia di Karawang, Benarkah?"
[Gambas:Video 20detik]
(suc/up)
Darurat Seblak
4 Konten
Sudah banyak yang bilang, seblak bukan makanan yang kaya nutrisi. Tapi kalau mengaitkannya dengan risiko kesehatan yang lebih serius seperti malnutrisi, too much nggak sih? Ternyata nggak juga lho.