Sering Mimpi Buruk Bisa Jadi Pertanda Bakal Mati Muda, Ilmuwan Jelaskan Alasannya

16 hours ago 5
Jakarta -

Ilmuwan di UK Dementia Research Institute dan Imperial College London melakukan studi analisis data dari 183.012 orang dewasa berusia 26 hingga 86 tahun, serta 2.429 anak-anak berusia 8 hingga 10 tahun. Seluruhnya dikumpulkan dari enam studi kesehatan jangka panjang.

Pada awal penelitian, para orang dewasa melaporkan seberapa sering mereka mengalami mimpi buruk, lalu peneliti melacak kondisi mereka hingga 19 tahun. Sedangkan untuk kelompok responden anak kecil, frekuensi mimpi buruk dilaporkan oleh orang tuanya.

Dikutip dari IFL Science, untuk mengukur penuaan biologis, ilmuwan melihat panjang telomer kelompok anak, sebuah 'tutup' DNA kecil yang menunjukkan seberapa cepat sel menua. Pada orang dewasa, peneliti menggunakan panjang telomer sekaligus jam epigenetik mutakhir untuk menilai seberapa cepat tubuh secara keseluruhan mengalami penuaan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peneliti menemukan orang yang mengalami mimpi buruk setiap minggu lebih dari tiga kali lipat berisiko meninggal lebih cepat (sebelum usia 70 tahun), dibanding mereka yang jarang atau tidak pernah mengalaminya. Bahkan, mereka yang hanya mimpi buruk bulanan juga menunjukkan percepatan penuaan dan peningkatan risiko kematian, dibandingkan mereka yang tidak terbiasa mimpi buruk.

Penelitian yang dipaparkan dalam kongres European Academy of Neurology 2025 itu menunjukkan keterkaitan yang erat antara mimpi buruk dan kematian dini. Mimpi buruk bahkan dianggap menjadi prediktor yang lebih kuat dibanding merokok, obesitas, pola makan buruk, dan aktivitas fisik.

Peneliti memperkirakan sekitar 40 persen dari peningkatan risiko kematian tersebut langsung terkait dengan percepatan penuaan biologis, yang ditemukan baik pada anak-anak maupun orang dewasa yang mengalami mimpi buruk setiap hari atau setiap minggu.

Kualitas dan durasi tidur adalah faktor penting dari kesehatan. Mimpi buruk dianggap sebagai salah satu indikator kualitas tidur dan kesehatan secara keseluruhan.

Hubungan antara mimpi buruk dan kematian dini sangat kompleks. Tidur yang terganggu akibat mimpi buruk dapat memicu masalah kesehatan fisik, sementara di sisi lain beberapa kondisi fisik juga dapat memicu mimpi buruk.

"Otak kita saat tidur tidak bisa membedakan antara mimpi dan kenyataan. Itu sebabnya mimpi buruk sering membuat kita terbangun dengan keringat, terengah-engah, dan jantung berdebar, karena respons 'lawan atau lari' kita terpicu. Reaksi stres ini bisa jadi lebih intens dibanding apapun yang kita alami saat terjaga," ahli saraf Imperial College London, Dr Abidemi Otaiku.

Menurut Abidemi, mimpi buruk memicu peningkatan hormon stres kortisol dalam waktu lama. Hormon tersebut erat kaitannya dengan percepatan penuaan sel.

Bagi mereka yang mengalaminya, stres kumulatif ini dapat berdampak signifikan pada proses penuaan.

"Selain itu, mimpi buruk mengganggu kualitas dan durasi tidur, sehingga merusak proses restorasi dan perbaikan sel yang sangat penting terjadi di malam hari. Kombinasi antara stres kronis dan tidur yang terganggu kemungkinan besar berkontribusi pada percepatan penuaan sel dan tubuh," tandasnya.

(avk/kna)


Read Entire Article