Geger Penembakan Massal di Bangkok Tewaskan 5 Orang, Inikah Motifnya?

5 days ago 3

Jakarta -

Penembakan massal jarang terjadi di Thailand, tetapi belakangan semakin kerap dilaporkan. Pada Senin (28/7/205), seorang pria bersenjata menewaskan lima petugas keamanan dan melukai satu orang lainnya dalam penembakan massal di sebuah pasar makanan segar populer ibu kota Thailand.

Tersangka melepaskan tembakan dengan senjata jenis pistol di Pasar Or Tor Kor di distrik Bang Sue, Bangkok, pukul 12.31 siang waktu setempat, menurut kepolisian Thailand, sebelum akhirnya tersangka juga bunuh diri.

"Polisi sedang menyelidiki motifnya. Sejauh ini, ini adalah penembakan massal," kata Wakil Kepala Polisi Bang Sue, Worapat Sukthai, kepada AFP.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip dari Wion, Thailand juga memiliki sejarah penembakan massal dan seringkali melibatkan penyerang tunggal. Dalam beberapa dekade terakhir, Thailand telah menyaksikan beberapa serangan mematikan terkenal oleh pelaku tunggal.

Insiden tersebut sebagian besar melibatkan senjata api, pisau. Pemerintah Thailand telah melakukan diskusi panjang mengapa beberapa orang memutuskan untuk melakukan kekerasan seperti itu di negara yang dikenal 'happy place' atau tempat yang bebas dengan kesenangan.

Pada 2000-an, setidaknya 30 insiden kekerasan massal dilaporkan, seringkali melibatkan pemberontak, penjahat, dan teroris. Pada 2010-an, lebih dari dua lusin penembakan, pengeboman, dan serangan bersenjata dilaporkan, seringkali melibatkan banyak pelaku yang berafiliasi dengan kelompok teror atau pemberontak, atau kejahatan terorganisir.

Namun, serangan tunggal untuk perampokan atau yang dikaitkan dengan masalah kesehatan mental mulai bermunculan pada 2020-an.

Kaitan Motif dengan Narkoba-Kesehatan Mental

Ketersediaan senjata, penggunaan narkoba, dan masalah kesehatan mental diyakini menjadi faktor-faktor di balik kasus tersebut.

Negara ini memiliki kepemilikan senjata sipil tertinggi di Asia Tenggara, diperkirakan sekitar 15 senjata per 100 orang. Meskipun undang-undangnya ketat, penegakan hukumnya tidak konsisten. Senjata api ilegal diselundupkan ke Thailand dari zona konflik di negara-negara tetangga.

Penyalahgunaan narkoba metamfetamin terus meningkat. Baik pelaku penyerangan yang terjadi sebelumnya di 2020 maupun 2022 memiliki riwayat penyalahgunaan narkoba. Kedekatan Thailand dengan kawasan perdagangan narkoba yang dikenal sebagai 'Segitiga Emas' berkontribusi terhadap meluasnya perdagangan, penggunaan, dan kecanduan narkoba.

Investigasi telah mengungkapkan sebagian besar pelaku penyerangan memiliki keluhan pribadi, seperti ketidakharmonisan rumah tangga, konflik di tempat kerja, dan kondisi kesehatan mental. Keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan mental di Thailand merupakan masalah yang terus berulang.

Pemerintah dan masyarakat prihatin dengan meningkatnya kekerasan di Thailand.
Serangan-serangan baru-baru ini telah menyebabkan peningkatan pengawasan terhadap pengendalian senjata api. Masyarakat telah menuntut peningkatan fasilitas perawatan kesehatan mental. Reformasi kepemilikan senjata api dan penegakan hukum narkoba merupakan area perhatian utama.


(naf/kna)

Read Entire Article