Perlu diketahui Moms, penelitian menunjukkan bahwa faktor gaya hidup tertentu berperan besar dalam jumlah dan kualitas sperma.
"Produksi sperma normal membutuhkan waktu 60 hingga 90 hari," kata Ari Baratz, Ahli Kesuburan di Create Fertility Centre, Toronto, AS, seperti dikutip dari Todays Parent.
Itu artinya, efek dari gaya hidup yang buruk ini bisa kembali lagi hanya dalam dua atau tiga bulan bila pasangan menerapkan pola hidup lebih sehat.
Yang juga perlu dipahami, ada beberapa hal yang bisa menurunkan kualitas sperma. Apa saja?
Macam-macam Kondisi yang Menurunkan Kualitas Sperma
Sering berhubungan seks dengan pasangan sangat baik untuk kesehatan sperma. Baratz kembali mengatakan, bila tubuh tidak mendapatkan "pesan" untuk memproduksi sperma, maka tubuh tidak akan menghasilkan banyak (jumlah sperma).
Untuk itu, ia menyarankan agar pria dapat berejakulasi setidaknya satu atau dua kali seminggu untuk menjaga produksi tetap sehat.
Penelitian telah menunjukkan bahwa mengkonsumsi banyak kafein tidak memiliki pengaruh buruk pada jumlah atau kualitas sperma, bila dikonsumsi wajar atau terbatas, yakni sekitar 300 miligram (2 cangkir kopi).
Caitlin Dunne, Dokter Kesuburan di Pasific for Reproductive Medicine, Vancouver menjelaskan, pria yang konsumsi kafein, seperti kopi, secara berlebihan, bisa berdampak buruk.
Penelitian juga telah membuktikan bahwa pria yang minum kopi lebih dari empat cangkir sehari memiliki proporsi sperma yang bentuknya tidak normal.
3. Memangku Laptop saat Bekerja
Memangku laptop sesekali mungkin tidak menjadi masalah. Namun yang menjadi masalah adalah bila pria melakukan hal ini sepanjang hari atau bahkan setiap hari saat bekerja. Karena ini bisa mempengaruhi produksi sperma.
Untuk itu, sebaiknya gunakan bantal, meja atau penyanggah lain untuk meletakkan laptop. Hal ini agar efek panas dari laptop tersebut tidak berdampak negatif pada jumlah sperma.
Merokok bisa mengurangi jumlah dan kualitas sperma. Bahkan, sebuah studi tahun 2015 di Postgraduate Medical Journal mengungkapkan, asap rokok bisa menurunkan jumlah sperma sebanyak 17,5 persen.
Para peneliti di Mailman School of Public Health, Columbia University menemukan bahwa pria yang merasa stres lebih cenderung mempunyai konsentrasi sperma yang lebih rendah.