Jakarta -
Bank Indonesia (BI) bersama People's Bank of China (PBoC) memperkuat penggunaan mata uang lokal (Local Currency Transaction/LCT) dalam perdagangan dan investasi bilateral kedua negara. Melalui penguatan ini, nantinya pengguna QRIS asal Indonesia bisa dengan mudah bertransaksi di Negeri Tirai Bambu.
"Sinergi Bank Indonesia dan People's Bank of China menghadirkan inovasi nyata lewat Local Currency Transaction dan segera menyusul QRIS antarnegara," tulis BI dalam unggahan Instagram @bank_indonesia, Sabtu (13/9/2025).
Menurut BI skema ini memberi manfaat nyata bagi pelaku usaha dan masyarakat dengan transaksi yang lebih efisien, biaya konversi lebih rendah, serta dukungan pada stabilitas keuangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Melalui kerja sama ini transaksi lintas negara Indonesia-Tiongkok jadi lebih efisien, praktis, dan aman. Mulai dari perdagangan, investasi, sampai belanja sehari-hari akan berjalan lebih lancar!" tegas mereka.
"Momentum ini bukan sebatas kemajuan teknologi, tapi juga tentang #BeriMakna memperkuat Rupiah dan membuka peluang baru bagi perekonomian nasional," sambung BI.
Terkait penggunaan QRIS antarnegara Indonesia dengan China, hingga September 2025 ini statusnya masih dalam tahap uji coba terbatas (sandbox). Di mana jika sudah beroperasi nanti, warga Indonesia dapat dengan mudah berbelanja di China dengan QRIS, begitu juga sebaliknya.
Manfaat kerja sama LCT dan QRIS Antarnegara bagi negara yang bekerja sama:
1. Mendorong pengembangan pasar valuta asing kedua negara
2. Berkontribusi pada kegiatan ekspor-impor dan investasi
3. Memfasilitasi transaksi perdagangan surat-surat berharga
4. Memperkuat stabilitas mata uang lokal masing-masing negara
Manfaat kerja sama LCT dan QRIS Antarnegara bagi pelaku usaha:
1. Mengurangi biaya transaksi dan meningkatkan efisiensi waktu
2. Memperluas pasar ekspor Indonesia di negara mitra
3. Terbukanya peluang Investasi dengan mata uang lokal
Sebagai informasi, dalam periode Januari-Juli 2025, nilai transaksi LCT Indonesia dengan China telah mencapai ekivalen US$ 6,23 miliar, meningkat dari ekivalen US$ 2,17 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
(igo/eds)