Jakarta -
Sebuah video viral menunjukkan seekor kuda putih kurus dan kakinya pincang. Penampilan kuda penarik kereta kuda wisata itu disorot dan dihubungkan dengan dugaan perlakuan buruk pemiliknya.
Rekaman itu diambil oleh seorang turis asing di Marbella, Spanyol pada 14 Agustus. Video itu dilengkapi dengan keterangan yang menyebut bahwa si kuda dalam kondisi kurus, kelelahan, dehidrasi, dan memiliki luka, bahkan tampak pincang.
"Inilah Eropa. Inilah Marbella. Dan inilah seekor kuda malang yang dipaksa membawa turis," begitulah keterangan lanjutan dalam video tersebut dikutip dari euroweeklynews, Minggu (7/9/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi kuda itu mendorong peringatan dari Partai Animalis (PACMA) terkait citra pariwisata Marbella. PACMA menilai kasus tersebut sangat serius. Mereka juga telah melaporkannya ke Guardia Civil Marbella.
PACMA menduga kuda itu dipaksa bekerja di bawah terik suhu 40°C di atas aspal, tanpa akses air, makanan, atau tempat berteduh, bahkan hingga pukul 01.00 setiap harinya.
Organisasi itu mendesak agar kuda segera disita dari pemiliknya dan dipindahkan ke suaka hewan yang siap memberikan perawatan permanen. Namun, langkah tersebut tidak bisa langsung dilakukan karena wewenang penyitaan ada di tangan pemerintah daerah.
Kasus itu menjadi perhatian publik. Sebagian besar mendukung langkah PACMA dengan lebih dari 10 ribu tanda tangan petisi terkumpul serta sejumlah aduan resmi masuk ke Dewan Kota Marbella.
PACMA juga mengecam pemerintah lokal atas kelalaian total, menyebut tidak ada inspeksi dokter hewan terhadap kuda kereta selama tujuh tahun terakhir.
Ironisnya, meski pada 2020 pemerintah berjanji menghapus kereta kuda dalam tiga tahun, aturan baru justru memperbolehkan praktik tersebut berlangsung hingga dua dekade ke depan.
"Kasus ini bukan hanya bentuk kekejaman terhadap hewan, tetapi juga merusak reputasi internasional Marbella dan Andalusia sebagai destinasi wisata," keterangan PACMA.
"Banyak wisatawan tidak ingin melihat hewan dipaksa bekerja dalam kondisi tidak manusiawi. Model pariwisata kuno seperti ini justru mencederai citra kota," keterangan ditambahkan.
(fem/fem)