Sudah lima bulan ini Syahrul (30) mengeluh sulitnya menjual rumah miliknya yang berlokasi di Kecamatan Rajeg, Kabupaten Tangerang, Banten.
Ia sudah berusaha ke sana kemari untuk menawarkan rumah subsidi pemerintah yang ia beli enam tahun lalu itu. Namun usaha menjual rumah tipe 22/60 itu tak kunjung membuahkan hasil.
"Saya buka harga Rp 300 juta. Sudah banyak yang nanya dan survei, tapi belum ada yang deal," kata Syahrul kepada kumparan, Sabtu (22/9).
Sulitnya akses transportasi menjadi salah satu kendala orang untuk membeli kembali rumah yang diperuntukkan untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
Untuk menjangkau transportasi terdekat yaitu Stasiun Tangerang membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Kalau kondisi macet bisa mencapai satu jam.
Selain sulitnya akses transportasi,faktor ekonomi yang masih sulit turut menjadi pemicu orang-orang untuk membeli rumahnya.
"Karena ekonomi sedang kurang bagus, banyak yang ingin beli rumah lewat KPR, tapi kadang data KPR mereka jelek," kata Syahrul.
Andre Satria Octavino (33) punya cerita yang sama. Ia mengaku belum menemukan pembeli sejak sebulan yang lalu menawarkan take over kredit rumah KPR miliknya.
Keputusan untuk menjual rumah yang telah ia cicil sekitar 3 tahun ini akibat layoff dari perusahaan tempat Andre bekerja. Ia merasa tak lagi mampu untuk membayar cicilan sekitar Rp 4 juta setiap bulannya.
Rumah yang ia tawarkan berlokasi di Kecamatan Bojongsari, Depok. Harga rumah yang ia beli saat itu mencapai Rp 690 juta dengan tenor 25 tahun.
Sakin sulitnya mencicil KPR, Andre mengaku pernah terlintas untuk pemikiran bunuh diri. Ia mengakui bahwa pada saat itu ia merasa tidak berani untuk benar-benar melakukannya, meskipun pemikiran tersebut sempat muncul.
"Karena kan kebanyakan, kalau kita ngomongin kredit ya, kalau yang punya kredit itu meninggal, itu biasanya kreditas sudah diselesaikan. Gue mikirnya gitu," imbuhnya.
Namun, ia juga sempat memikirkan konsekuensi lain, seperti kemungkinan keluarganya yang akan dikejar oleh pihak kreditur. Meskipun demikian, pemikiran bunuh diri tersebut tidak berlanjut menjadi tindakan.
Keluhan sulitnya menjual rumah rupanya juga dirasakan sejumlah orang. Akun X yang dulu bernama Twitter, @MrOngDedy mengunggah percakapan WhatsApp adiknya yang menjadi agen properti pernah jual rumah seharga Rp 900 juta. Tetapi rumah itu malah terjual di angka Rp 460 juta.
"Kalau menurut gua jual rumah khususnya "bekas" kenapa susah, karena emang rata-rata masyarakat ga punya uang cash sebesar itu, mau minta KPR ke bank kklo ngurus sendiri agak susah dan lama, biaya juga besar. beda klo beli rumah baru lewat developer yang biasanya dpt keringanan," tulis @dranux seperti yang dikutip kumparan, Sabtu (21/9).