Harga Batu Bara Rontok, Laba ITMG Turun 29,51%

10 hours ago 3

Jakarta -

PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) membukukan penurunan laba dan pendapatan imbas rontoknya harga batu bara. Hingga semester I 2025, ITMG membukukan laba bersih sebesar US$ 90,98 juta atau sekitar Rp 1,49 triliun (asumsi kurs Rp 16.468), turun sekitar 29,51% dari periode yang sama di tahun sebelumnya.

Kemudian dari sisi pendapatan, ITMG membukukan penurunan sebesar 19% menjadi sebesar US$ 919 juta. Penurunan pendapatan ini terjadi imbas penurunan harga jual rata-rata batu bara (ASP) sebesar 19%.

Direktur Indo Tambangraya Megah, Junius Prakarsa Darmawan, menjelaskan penurunan harga rata-rata batu bara menekan penjualan perseroan. Ia menyebut, harga batu bara turun dari US$ 81 per ton menjadi US$ 74 per ton. Hal tersebut berdampak langsung pada EBITDA dan laba bersih perseroan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Meskipun volume penjualan dan biaya dapat dipertahankan sepanjang kuartal ke-2 2025, namun tren penurunan harga pasar batu bara memberikan tekanan pada rata-rata harga jual batu bara perusahaan yang tercatat sebesar US$ 74 per ton atau turun dari US$ 81 per ton dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Hal ini berdampak pada menurunnya EBITDA dan net profit perusahaan menjadi sebesar US$ 72 juta dan US$ 28 juta," ungkap Junius dalam acara Public Expose Live secara virtual, Rabu (10/9/2025).

Meski begitu, ITGM berhasil menurunkan biaya sewa alat berat dan melakukan efisiensi operasional lainnya. Junius menyebut, perseroan berhasil menurunkan biaya operasional menjadi sebesar US$ 55 per ton dibandingkan dengan US$ 56 per ton pada kuartal I 2025.

"Posisi keuangan dan struktur permodalan perusahaan tetap dalam kondisi yang baik, dengan rasio debt to equity berada pada level 0,03 kali, dan kas terhadap total aset tercatat sebesar 44%," jelasnya.

Junius menambahkan, ITMG mencatat aset sebesar US$ 2,39 miliar hingga Juni 2025. Adapun posisi kas tercatat sebesar US$ 1 miliar yang dihasilkan dari aktivitas operasi mencapai US$ 281 juta. Kemudian, terjadi arus keluar untuk investasi sebesar US$ 45 juta, pembayaran dividen final tahun 2024 sebesar US$ 153 juta, dan arus keluar untuk pendanaan sebesar US$ 30 juta.

"Dari sisi liabilitas, total pinjaman bank, baik jangka pendek maupun jangka panjang, tercatat sebesar US$ 51 juta, yang sebagian besar berasal dari pembiayaan akuisisi dua anak perusahaan pertabangan batubara, yaitu PT Graha Panca Karsa dan PT Tepian Indah Sukses," imbuhnya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Indo Tambangraya Megah, Yulius Kurniawan Gozali, menyebut harga batu bara akan kembali stabil di semester II 2025. Di sisi lain, ITMG juga memproyeksikan pertumbuhan produksi batu bara.

Hingga Juni 2025, ITMG mencatatkan total produksi batu bara sebesar 10,4 juta ton, atau naik sebesar 12% year-on-year (yoy), dibandingkan periode yang sama di tahun 2024 sebesar 9,3 juta ton. Capaian ini juga diikuti dengan peningkatan volume penjualan yang mencapai 11,7 juta ton, atau meningkat sebesar 8% year-on-year.

"Hal yang berita baiknya adalah di semester dua ini kita melihat harga batubara akan cukup stabil dan juga dari sisi produksi akan lebih tinggi. Sehingga dari sisi pendapatan kita memperkirakan bahwa pendapatan akan naik lebih tinggi dibandingkan dengan semester yang pertama," imbuhnya.

(rrd/rrd)

Read Entire Article