Dilansir Antara, Amenhotep III pernah memerintah Mesir selama lebih dari 3500 tahun lalu. Otoritas barang antik Mesir mengatakan bahwa makam tersebut pertama kali ditemukan pada tahun 1799, dan kemudian dijarah, termasuk sarkofagusnya.
Sekretaris Jenderal Dewan Tertinggi Kepurbakalaan Mesir, Mohamed Ismail Khaled, menggambarkan makam tersebut sebagai salah satu peninggalan paling penting dan menonjol di Lembah Para Raja.
"Pembukaan kembali makam tersebut akan menjadi tambahan yang sangat baik bagi sektor pariwisata budaya Mesir," kata Ismail.
Adapun restorasi tersebut melibatkan para pakar dari Mesir, Italia, dan Jepang, yang berfokus pada pelestarian lukisan dinding makam yang rumit.
Pekerjaan konservasi berlangsung dalam tiga tahap, yaitu pada tahun 2001-2004, 2010-2012, dan 2023-2024. Ismail mengatakan bahwa makam yang rumit dan dekorasi yang semarak mencerminkan kemakmuran artistik, dan budaya Kerjaan Baru.
"Makam itu terkenal dengan dekorasinya yang unik, dan prasasti berwarna yang menggambarkan peristiwa religius, serta simbolis perjalanan raja di akhirat," tuturnya.
Sementara itu, Amenhotep III naik takhta saat masih remaja, setelah sang ayah Thutmose IV meninggal dunia. Masa pemerintahannya yang berlangsung hampir 40 tahun dianggap sebagai masa keemasan yang penuh kedamaian dan kemakmuran, di mana ia lebih banyak tinggal di Thebes daripada di Ibu Kota tradisional, Memphis.