Senyawa Nitrit Disebut Jadi Biang Kerok 1.300-an Siswa di Bandung Barat Keracunan MBG

1 week ago 7
Jakarta -

Badan Gizi Nasional (BGN) melalui tim investigasi independen menyimpulkan bahwa senyawa nitrit menjadi 'biang kerok' dari keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) di Bandung Barat. Insiden ini setidaknya dialami oleh 1.315 siswa, setelah mereka menyantap makanan dari 3 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) berbeda.

"Kami berkesimpulan, senyawa Nitrit menjadi penyebabnya," kata keterangan Ketua Tim Investigasi Independen BGN Dra Karimah Muhammad Apt, dalam keterangan yang diterima detikcom, Jumat (3/10/2025).

Karimah menambahkan bahwa BGN telah menemui para korban dan dokter yang menangani mereka di Puskesmas Cipongkor dan RSUD Cililin. Tim investigasi juga mempelajari pola gejala yang muncul pada korban, serta mengecek obat-obatan yang diberikan pihak puskesmas dan RSUD.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, ia juga mempelajari hasil uji mikrobiologi dan toksikologi dari Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Jabar, yang menguji sampel dari SPPG maupun dari sisa makanan di sekolah.

"Ditemukan kadar nitrit yang sangat tinggi di buah melon dan lotek dari sampel sisa sekolah," ujar ahli farmasi Klinis itu.

Hasil Temuan BGN

Pada masing-masing jenis sampel yang diuji, terdapat 3,91 dan 3,54 mg/L nitrit. Padahal, jika merujuk EPA (US Environmental Protection Agency), kadar maksimum nitrit yang boleh dikonsumsi dalam minuman adalah 1 mg/L. Sementara Otoritas Kesehatan di Kanada menetapkan 3 mg/L.

"Jadi kalau merujuk standar EPA, maka kadar nitrit dalam sampel sisa makanan di sekolah hampir 4 kali lipat dari batas maksimum," kata Karimah.

Secara alamiah, lanjut Karimah, sebagian buah-buahan dan sayur-sayuran memang mengandung nitrit. Kadarnya bisa meningkat karena hasil kerja bakteri, yang bisa mengubah nitrat menjadi nitrit, atau sebaliknya.

Gejala-gejala yang Muncul pada Pasien

BGN menemukan bahwa gejala-gejala yang muncul pada pasien memang sesuai dengan keracunan nitrit masalah pada sistem pencernaan.

"Yang mendominasi adalah efek di saluran pencernaan bagian atas, misal: mual, muntah atau nyeri lambung, sebanyak 36 persen. Bukan di saluran pencernaan bagian bawah, misal diare," kata Karimah.

Korban yang mengalami diare tercatat 3 persen. Padahal, diare sendiri biasanya menjadi efek dominan pada kasus keracunan makanan, bukan lagi alergi makanan.

Menurut Karimah, keracunan nitrit memang tidak menimbulkan diare. Sebab, sebagai zat toksik, nitrit terlebih dahulu harus didetoksifikasi di hati.

Adapun gejala pusing atau kepala terasa ringan, muncul karena terjadi pelebaran pembuluh darah, yang juga merupakan ciri keracunan nitrat. Gejala ini menunjukkan persentase cukup besar, sebanyak 29 persen, dan berada di peringkat kedua setelah gejala di saluran pencernaan bagian atas.

"Gejala lemas dan sesak nafas yang dikeluhkan sebagian korban juga menunjukkan keracunan nitrit. Sebab, nitrit bisa menyebabkan methemoglobinemia, di mana kemampuan hemoglobin di dalam darah untuk membawa oksigen menjadi berkurang, sehingga sel-sel tubuh merasa lemas, dan di paru-paru terasa sesak," ujar Karimah.

Tidak Ditemukan Bakteri 'Jahat'

Tidak seperti beberapa kasus keracunan MBG di wilayah lain, BGN tidak tidak menemukan bakteri jahat penyebab keracunan makanan, seperti Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Bacillus cereus. Selain itu, tim investigasi juga tidak menemukan racun sianida, arsen, logam berat atau pestisida, kecuali nitrit dalam uji toksikologi.

Nitrit atau zat lain dalam buah dan sayuran tidak selalu tersebar merata di seluruh bagian makanan. Contohnya, saat makan jeruk, ada bagian yang terasa manis, sementara bagian lain bisa asam atau kecut karena kadar gula atau fruktosa dalam buah tidak merata.

Hal serupa juga terjadi pada zat lain, sehingga dampaknya bisa berbeda-beda pada setiap individu, tergantung kondisi kesehatan masing-masing anak.

"Mereka yang memiliki sistem pertahanan tubuh yang kuat atau detoksifikasi yang prima bisa dengan cepat atau lebih mudah mengeluarkan nitrit dari dalam tubuh, setelah mengalami metabolisme," ujar Karimah.

Setelah mendapatkan pemeriksaan, pasien diberikan beberapa jenis obat seperti parasetamol, obat muntah ondansetron, dan/atau obat nyeri lambung omeprazole, dan tidak ada obat diare.

Sementara pada korban yang dirawat inap atau dirujuk oleh Puskesmas ke RSUD, sebagian mendapat infus pengganti cairan tubuh ringer laktat atau penambah tenaga dekstrosa, suntikan ondansetron atau omeprazole.

"Tidak ada satupun obat antikejang yang dikeluarkan Puskesmas dan RSUD, misal: diazepam, carbamazepin, gabapentin atau pregabalin," ujarnya.

Apa Itu Senyawa Nitrit?

Dikutip dari First Aid China, nitrit adalah senyawa kimia yang mengandung nitrogen dan oksigen. Senyawa ini dapat ditemukan secara alami dalam makanan tertentu, seperti sayuran berdaun hijau hingga pengawet dalam daging olahan, seperti bacon, ham, dan sosis. Sumber lain dari nitrit, yakni:

  • Air yang terkontaminasi, seperti air sumur yang terkontaminasi limpasan pertanian atau limbah.
  • Beberapa obat tertentu, seperti vasodilator, mungkin mengandung nitrit.
  • Paparan bahan kimia industri tertentu dapat menyebabkan keracunan nitrit.

Keracunan nitrit terjadi saat senyawa itu mengubah hemoglobin (protein pembawa oksigen dalam sel darah) menjadi methemoglobin. Methemoglobin tidak dapat mengangkut oksigen secara efektif, yang menyebabkan kondisi yang disebut methemoglobinemia.

Hal ini mengurangi jumlah oksigen yang dikirim ke jaringan tubuh, yang menyebabkan berbagai gejala. Gejalanya seperti sianosis, sesak napas, sakit kepala, kelelahan atau lemah, pusing atau sakit kepala ringan, mual, muntah, kebingungan, kejang, hingga koma.

Simak Video "Video: Ratusan Siswa di Kecamatan Cipongkor Kembali Keracunan MBG"
[Gambas:Video 20detik]
(dpy/kna)

Kontaminasi Senyawa Nitrit

4 Konten

BGN mengungkap hasil investigasi terkait penyebab keracunan MBG di Kabupaten Bandung Barat. Senyawa nitrit menjadi biang kerok gejala keracunan yang dialami para siswa.


Read Entire Article