Pengakuan Pilu Dokter di Gaza Tahan Lapar, Kerja Seharian Tanpa Makan Apapun

1 week ago 3
Jakarta -

Gaza dilanda kelaparan akibat blokade yang dilakukan Israel. Banyak warga, termasuk tenaga medis yang kekurangan gizi hingga meninggal karena kelaparan.

Hal ini juga dialami dokter dan para tenaga medis di Gaza. Akibat kelaparan, banyak tenaga medis yang lemah saat merawat pasien yang terluka atau kekurangan gizi di yang membanjiri rumah sakit yang hampir kolaps.

Banyak tenaga kesehatan mengaku harus bertahan hidup tanpa makanan sambil terus melakukan prosedur penyelamatan di ruang operasi, bangsal gawat darurat, dan tempat penampungan yang kini berfungsi sebagai klinik darurat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mereka (tenaga medis) sangat kelelahan, bahkan beberapa pingsan di ruang operasi. Layanan medis akan terpengaruh karena staf kami tidak akan mampu bertahan lebih lama lagi dalam menghadapi kelaparan ini," tegas Direktur Rumah Sakit al-Shifa di Kota Gaza, Dr Mohammed Abu Selmia yang dikutip dari News18, Jumat (25/7/2025).

Seorang dokter di al-Shifa yang tidak mau disebutkan namanya juga mengungkapkan kondisi terkini di Gaza. Banyak tenaga medis yang bekerja shift 24 jam tanpa makanan.

"Hari ini saya bertugas 24 jam. Di rumah sakit, mereka seharusnya memberi kami nasi untuk setiap shift," beber tenaga medis tersebut.

"Tetapi, hari ini mereka memberitahu kami bahwa tidak ada (nasi). Rekan saya dan saya merawat 60 pasien bedah saraf, dan saat ini saya bahkan tidak bisa berdiri," sambungnya.

Seorang dokter umum yang menjadi sukarelawan di rumah sakit yang sama juga mengungkapkan keputusasaan itu. Ia belum makan apapun, bahkan keluarganya juga tidak punya apa-apa untuk dimakan.

"Sepanjang hari, saya berpikir bagaimana saya bisa memberi mereka tepung atau lentil (sejenis kacang-kacangan), atau apapun untuk dimakan. Tetapi tidak ada apa-apa di pasar. Kami tidak bisa lagi berjalan dan tidak tahu harus berbuat apa," terang dokter umum itu.

Kondisi yang sama juga terjadi di Kompleks Medis Nasser. Seorang ahli bedah mengatakan kebanyakan pasien yang datang menunjukkan gejala kelaparan.

Bahkan, ahli bedah tersebut belum makan apapun selama merawat para pasien. Ia juga mengaku mengalami gastroenteritis, yakni peradangan pada saluran pencernaan, khususnya lambung dan usus, yang biasanya disebabkan infeksi virus atau bakteri.

"Saya tidak bisa makan selama dua hari karena saya takut gastroenteritis saya sendiri akan memburuk. Akibat tekanan darah saya yang rendah, saya harus berhenti saat menjalani operasi pada seorang gadis yang tertembak di perut," pungkasnya.

(sao/kna)


Read Entire Article