
Operasi SAR gabungan pencarian KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali menemukan titik terang. Bangkai kapal yang karam hampir sepekan lalu itu akhirnya terdeteksi berada di kedalaman 49 meter pada Rabu (9/7) sore.
Tim SAR gabungan, menggunakan Remotely Operated Vehicle (ROV) dan sonar KRI Pulau Fanildo, berhasil merekam visual bangkai KMP Tunu Pratama Jaya. Kapal tersebut diketahui berada di kedalaman 49 meter, sekitar 1,5 mil ke arah selatan Dermaga LCM Pelabuhan ASDP Ketapang, Banyuwangi.

Deputi Operasi SAR dan Kesiapsiagaan Basarnas, Laksamana Muda TNI Ribut Eko Suyatno, mengatakan bahwa objek bangkai KMP Tunu Pratama Jaya bergeser sejauh 1 kilometer dari titik awal laporan kecelakaan kapal (LKK).
Menurutnya, bangkai kapal berada di titik referensi antara titik 4 dan 7.
“Jarak masing-masing titik berkisar 124 meter, namun kedua titik berjarak sangat dekat dengan kabel bawah laut yaitu 30 meter,” terang Eko saat konferensi pers di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi.

Sebelumnya, pada Minggu (6/7), tim SAR telah mengidentifikasi titik diduga lokasi bangkai KMP Tunu Pratama Jaya karam.
"Secara data mentah gambar lokasi yang saya sampaikan kemarin bergeser dari lokasi kecelakaan kapal ke lokasi terbaru itu kurang lebih 800 meter dan hasil penggambaran data dari tim Hidrografi hampir serupa," jelas Eko usai mendampingi Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka meninjau keluarga korban di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, usai mendampingi Wapres Gibran Rakabuming Raka.
Ancam Kabel Laut PLN
Temuan ini menimbulkan kekhawatiran serius bagi PT PLN, posisinya hanya berjarak 30 meter dari kabel bawah laut PLN bertegangan 150 kilovolt. Salah satu infrastruktur vital nasional ini merupakan penghubung sistem kelistrikan Jawa-Bali yang menyokong sekitar 50% kebutuhan listrik di Pulau Bali.
“Jangan sampai aktivitas (pergeseran) kapal mengganggu atau melukai kabel bawah laut. Makanya kita secara global butuh informasi kondisi keamanan terhadap kabel kita,” ungkap Inda Puspanugraha, Senior Manajer Unit Induk Tranmisi (UIT) Jawa Bagian Timur dan Bali (JBM) PT PLN saat dikonfirmasi wartawan.
Pihaknya juga tidak merekomendasikan penyelam untuk mendekati bangkai kapal karena potensi bahaya akibat kuatnya arus dan kedekatan dengan kabel laut.
"Data telah dibuka kepada kami untuk evaluasi, kami siapkan skenario agar tidak mengganggu pasokan listrik di Pulau Bali," tambah Inda.
Meski sempat mengalami kendala arus yang kuat hingga kamera pendeteksi kapal sempat hanyut, pencarian bangkai kapal akan dioptimalkan dengan kedatangan KRI Spica. Kapal ini diharapkan mampu merekam visual bangkai kapal dengan hasil lebih maksimal.
Seperti diketahui, KMP Tunu Pratama Jaya tenggelam di Selat Bali pekan lalu saat berlayar dari Pelabuhan Ketapang menuju Bali. Kapal tersebut membawa 65 orang dan 22 kendaraan.
Hingga Rabu (9/7) malam, 41 korban telah teridentifikasi, dengan rincian 30 selamat dan 11 meninggal dunia. Satu jenazah lain yang ditemukan di perairan Jembrana, Bali, masih dalam proses identifikasi.