Semarang -
Jatirejo, kelurahan di Kota Semarang menjadi salah satu desa yang berhasil memanfaatkan pangan lokal untuk anak stunting. Dalam lima bulan, kasusnya berhasil ditekan hingga 'zero case' dari semula terdapat lima hingga 6 anak balita stunting setiap tahun.
Ketua rumah data kependudukan di Jatirejo, Dwi Sayekti Kadarini menjelaskan wilayahnya kaya dengan pangan lokal berkat ternak lele, ayam, hingga penanaman sayur-sayuran serta bahan pangan lain.
Pemberian pangan bergizi juga untuk stunting juga tidak hanya diberikan pada anak balita, tetapi pada ibu hamil.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pemanfaatan pangan lokal untuk anak stunting yang khas di Jatirejo, di sini kan kebetulan ada susu juga, tapi yang untuk susu itu, tidak untuk balita saja, kita berikan kepada ibu hamil," cerita dia saat menjawab pertanyaan detikcom, ditemui Jumat (25/7/2025).
"Untuk anak itu kita ada ayam KUB, ayam KUB itu kita nanti telurnya kalau ada yang stunting, satu bulan sekali PKK kelurahan membantu balita yang merawat stunting, kemudian juga kita edukasi untuk beternak, perikanan lele, kita budidayakan di galon bekas le minerale kita arahkan kepada masing-masing warga untuk membuat itu, kemudian ikannya kita olah," lanjutnya.
Menu tersebut dipastikan memenuhi kebutuhan protein, lemak, dan karbohidrat secara seimbang.
Dwi juga menyebut stunting semula banyak terjadi pada anak yang tidak mendapatkan perhatian cukup dari orangtua karena tengah bekerja.
"Kasus stunting kebanyakan malah di sini itu karena ditinggal kerja ibunya, di rumah sama nenek yang penting makan, anaknya seneng, kenyang," beber dia.
Ia mengaku sempat ada penolakan terkait pemberian gizi yang cukup lantaran orangtua merasa anaknya sehat-sehat saja. Dalam kasus ini, para kader melakukan pendekatan secara kekeluargaan.
"Kasus stunting di sini baru sampai 0 kasus sekitar 5 bulanan, karena itu bertahap, karena banyak tantangan, pendekatan dan lain-lain, termasuk saat memberikan menu pangan," pungkasnya.
(naf/sao)