Ramai kabar penundaan label sehat 'Nutri-level' pada pangan olahan maupun siap saji pasca adanya lobi dari Amerika Serikat (AS). Disebut-sebut, Presiden Prabowo Subianto diminta AS untuk kembali mengkaji regulasi ini.
Seperti diberitakan sebelumnya, 'Nutri-level' adalah wacana pemerintah untuk meningkatkan pola makan sehat di Indonesia, berkaca dari apa yang dilakukan Singapura dengan NutriGrade.
Label ini bisa menunjukkan pangan apa yang paling sehat dengan tidak sehat, berdasarkan abjad A, B, C, dan D. Mengingat, tren kasus penyakit tidak menular (PTM) terus meningkat signifikan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Misalnya, obesitas sentral, saat lingkar perut sudah melampaui 80 sentimeter bagi pria dan 90 sentimeter bagi wanita. Obesitas sentral di Indonesia meningkat lebih pesat dari semula 18,8 persen pada 2007, menjadi 36,8 persen pada 2023 dengan 56 persen lebih banyak terjadi pada perempuan dan pria 48 persen.
Kondisi ini menjadi salah satu faktor risiko terbesar seseorang mengalami masalah jantung hingga diabetes.
Menkes Angkat Bicara
Menyoal kabar tersebut, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menjamin tidak ada lobi-lobi dari negara lain mengenai kebijakan pemerintah.
"Tidak ada intervensi dari negara apapun termasuk Nutri-Grade, Nutri-Grade ini memang sedang kita proses bersama dengan BPOM RI untuk bisa kita kerjakan, biar masyarakat sehat," tandasnya.
Adapun penundaan penetapan mengacu pada penyesuaian beberapa produsen untuk melakukan reformulasi produk sebelum akhirnya dicantumkan NutriGrade.
Penundaan penetapan tersebut juga sempat disinggung Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) Prof Taruna Ikrar.
"Kan stakeholder yang berhubungan dengan asosiasi industri kan, mereka (industri) juga harus paraf (aturan Nutri-Grade). Kedua masih ada kontradiktif yang labeling dan yang kemasan siap saji, jadi masih complicated," kata Taruna di Jakarta Pusat, Kamis (20/3/2025).
Taruna Ikrar menambahkan aturan ini juga akan berdampak pada pengubahan sedikit banyak sistem bisnis industri pangan, sehingga pihaknya masih terus mengupayakan titik tengah.
"Pastilah berpengaruh (pada bisnis mereka), karena berpengaruh makannya mereka keberatan kan," tambahnya.
(naf/up)