Melihat Faktor yang Bikin Rupiah Menguat Terhadap Dolar AS

11 hours ago 4
Ilustrasi Bank Indonesia. Foto: Shutterstock

Tren penguatan rupiah terjadi pada Kamis (7/8). Per pukul 15.16 WIB kemarin, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ada di Rp 16.286.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia (BI), Erwin Gunawan Hutapea, menjelaskan penguatan rupiah kemarin sejalan dengan pergerakan mayoritas mata uang regional. Pasar keuangan global mengalami risk-on terutama didorong oleh sentimen eksternal, yang positif sejalan dengan pelemahan dolar AS secara global dan ekspektasi penurunan suku bunga The Fed.

"Hal tersebut seiring dengan pelemahan data tenaga kerja AS. Pelaku pasar juga mencermati dampak dari kebijakan tarif baru AS terhadap sejumlah negara, seperti India dan Jepang," ujar Erwin kepada kumparan.

Di pasar domestik, mulai kembali masuknya aliran modal asing juga mendukung penguatan rupiah. Secara umum, fundamental domestik yang tetap terjaga, seperti inflasi yang rendah dan data Produk Domestik Bruto (PDB) yang membaik turut memperkuat persepsi positif terhadap aset rupiah.

"Bank Indonesia akan terus mencermati perkembangan pasar, baik global maupun domestik, dan mengambil langkah-langkah stabilisasi untuk menjaga pergerakan rupiah sejalan dengan nilai fundamentalnya dan menjaga mekanisme pasar bekerja dengan baik," kata Erwin.

Petugas menyusun yang dolar AS dan rupiah di Bank Syariah Indonesia (BSI), Bekasi, Jawa Barat, Jumat (21/2/2025). Nilai tukar rupiah (kurs) pada pembukaan perdagangan hari Jumat (21/2). Foto: ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah

Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi, menyebut penguatan rupiah kali ini terbilang tajam dan di luar perkiraan pelaku pasar.

“Rupiah siang ini menguat cukup tajam. Saya melihat bahwa penguatannya pun juga melampaui ekspektasi di 74 poin. Sekarang itu di Rp 16.288. Memang kalau saya lihat, baik dari segi eksternal maupun internal, kedua-duanya mendukung,” ujarnya kepada kumparan, Kamis (7/8).

Dari sisi domestik, penguatan didorong oleh rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2025 yang mencapai 5,12 persen, lebih tinggi dari ekspektasi pasar.

Selain pertumbuhan ekonomi, cadangan devisa pada akhir Juli 2025 tetap tinggi sebesar USD 152 miliar, sedikit turun dibandingkan posisi pada akhir Juni 2025 sebesar USD 152,6 miliar.

“Saya melihat tentang masalah pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua, di luar ekspektasi di 5,12 persen ini sudah cukup luar biasa,” kata Ibrahim.

Sementara dari eksternal, sentimen datang dari prospek penurunan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) AS pada pertemuan September mendatang.

Sejumlah data ekonomi AS yang dirilis di bawah ekspektasi memperkuat spekulasi pasar penurunan suku bunga akan segera dilakukan.

Selain itu, gejolak geopolitik antara AS dan Rusia turut menjadi perhatian pasar. Meski Presiden Donald Trump dan Presiden Vladimir Putin saling melontarkan pernyataan keras terkait konflik Ukraina, potensi pertemuan keduanya memunculkan harapan akan tercapainya kesepakatan tertentu.

Read Entire Article