Jakarta -
Fenomena 'ketindihan' saat tidur kerap dikaitkan dengan pengalaman mistis atau supernatural. Padahal, dalam dunia medis, 'ketindihan' bisa dijelaskan secara ilmiah.
Praktisi kesehatan tidur dr Andreas Arman Prasadja, RPSGT mengatakan bahwa 'ketindihan' bisa terjadi karena seseorang dalam kondisi kurang tidur yang parah.
"Kalau kita kurang tidur, kurang tidur sedemikian banyak, ya badan, otak kita akan memprioritaskan mimpin dahulu, tidur REM (Rapid Eye Movement) diprioritaskan dulu," kata dr Andreas di sela-sela acara World Sleep Congress 2025 di Singapura, Rabu (10/9/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi rebound. Kurang tidur parah, jadi ketika ada kesempatan tidur bisa rebound parah. Apa yang terjadi? Setengah sadar, setengah mimpi. REM sleep yang khas kan adanya mimpi, karena setengah sadar, munculnya dalam bentuk halusinasi," sambungnya.
'Ketindihan' menurut dr Andreas merupakan sesuatu yang khas dan bisa terjadi di manapun.
"Hal kedua yang khas dalam tahap tidur REM atau tidur mimpi adalah sleep paralysis atau kelumpuhan tidur. Nggak bisa gerak," katanya.
"Ketika masuk REM sleep, tubuh kita ini dilumpuhkan, jadi setengah sadar setengah mimpi, nggak bisa gerak, serem, takut, napas rasanya berat. Artinya (ketindihan) itu kurang tidur yang parah," tutupnya.
Saksikan Live DetikSore :
(dpy/up)