Kepala BPOM Ajak 150 Pengusaha Korea Selatan Investasi Produk Kesehatan di RI

5 hours ago 1

Jakarta -

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI, Prof Dr Taruna Ikrar, memaparkan gagasan strategis kerjasama bilateral dengan Korea Selatan dalam bidang produk kesehatan. Di hadapan 150 pengusaha asal Negeri Ginseng, Prof Ikrar mengajak untuk memperkuat investasi di Indonesia, khususnya pada sektor obat-obatan, makanan, skincare, minuman kesehatan, hingga produk inovatif lainnya.

Menurut Prof Ikrar, potensi Indonesia sebagai pasar sekaligus mitra produksi sangat besar. Dengan jumlah penduduk lebih dari 270 juta jiwa serta pertumbuhan kelas menengah yang pesat, kebutuhan terhadap produk kesehatan terus meningkat.

"Indonesia bukan hanya pasar, tetapi juga mitra strategis untuk pengembangan riset, produksi, dan distribusi produk kesehatan yang berkualitas," ujarnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Prof Ikrar juga menekankan bahwa BPOM berkomitmen menghadirkan regulasi yang transparan, efisien, serta mendukung ekosistem investasi.

Ia menambahkan kerjasama dengan Korea Selatan dapat membuka jalan transfer teknologi, peningkatan kapasitas SDM, serta mempercepat hadirnya produk-produk inovatif yang aman dan bermutu di Indonesia.

Lebih lanjut, Prof Ikrar menegaskan masuknya investasi dari pengusaha Korea Selatan akan memberikan manfaat langsung bagi masyarakat Indonesia, salah satunya dengan terbukanya lapangan pekerjaan baru.

"Setiap investasi yang masuk tidak hanya menghadirkan produk berkualitas, tetapi juga membuka kesempatan kerja bagi rakyat Indonesia. Ini adalah salah satu dampak nyata yang kami harapkan dari kemitraan dengan Korea Selatan," ungkapnya.

Dalam presentasinya, Prof Ikrar juga menekankan pentingnya konsep ABG (Academic, Business, Government) sebagai fondasi utama kolaborasi. Menurutnya, hubungan erat antara perguruan tinggi (academic), dunia usaha (business), dan pemerintah (government) akan menciptakan ekosistem yang sehat untuk melahirkan inovasi berkelanjutan di bidang kesehatan.

"Dengan sinergi ABG, Indonesia dan Korea Selatan dapat membangun rantai nilai yang kuat, mulai dari riset, inovasi, produksi, hingga distribusi produk kesehatan. Inilah kunci agar kerjasama kita tidak hanya bersifat jangka pendek, tetapi berkelanjutan," tegasnya.

Sebagai contoh, Taruna mendorong adanya riset bersama antara universitas di Indonesia dan Korea Selatan untuk pengembangan obat-obatan berbasis bioteknologi. Dunia usaha dapat menjadi motor penggerak komersialisasi produk hasil riset, sementara pemerintah melalui BPOM memastikan regulasi yang jelas dan ramah investasi. Dengan model ini, inovasi dapat lahir di kampus, diproduksi oleh industri, dan segera sampai ke masyarakat dengan standar keamanan tinggi.

Dalam kesempatan yang sama, Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia menyampaikan apresiasi atas inisiatif yang digagas Kepala BPOM RI. Ia menegaskan hubungan Indonesia-Korea Selatan selama ini sangat erat dan memiliki ruang besar untuk berkembang, khususnya di bidang kesehatan dan inovasi industri.

"Kami melihat Indonesia sebagai mitra yang memiliki potensi luar biasa. Dengan dukungan BPOM, kerjasama ini diharapkan tidak hanya meningkatkan investasi, tetapi juga membawa manfaat nyata bagi masyarakat kedua negara," ujar Dubes Korsel.

Selain memaparkan peluang investasi, Prof Ikrar juga meresmikan Pameran Produk Kesehatan yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC). Pameran tersebut menghadirkan 150 stand dari para pengusaha Korea Selatan, yang menampilkan beragam produk mulai dari obat-obatan modern, pangan fungsional, minuman kesehatan, hingga produk kecantikan berbasis inovasi terbaru.

Para pengusaha Korea Selatan menyambut baik ajakan tersebut. Mereka melihat peluang besar untuk memperluas jejaring bisnis sekaligus mendukung penguatan industri kesehatan di Indonesia yang selaras dengan agenda pemerintah menuju Indonesia Emas 2045.


(suc/up)

Read Entire Article