Sebuah penelitian sedang berlangsung mengkaji potensi racun lebah untuk mengobati jenis kanker tertentu. Sejak tahun 2020, para ahli di Epigenetics Lab di Harry Perkins Institute of Medical Research telah meneliti bagaimana racun dari lebah madu dapat digunakan untuk membunuh sel kanker payudara yang agresif tanpa membahayakan sel-sel sehat.
Kepada News Week, Dr Edina Wang, seorang peneliti di institut tersebut mengatakan timnya kini telah merekayasa bentuk melittin yang ditargetkan, sehingga dapat disuntikkan langsung ke aliran darah dalam studi praklinis.
Melittin adalah senyawa utama yang ditemukan dalam racun lebah. Ia bekerja dengan cara "melubangi membran sel".
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dengan hanya satu suntikan, kami mengamati kematian sel kanker dalam enam jam dan efek terapeutiknya bertahan hingga satu minggu," katanya, seraya menambahkan bahwa efek ini minimal pada sel normal.
Racun Lebah Hancurkan Sel Kanker Tanpa Merusak Sel Sehat
Menurut Dr Wang, dalam penelitian mereka, ditemukan bahwa seluruh racun lebah menargetkan sel kanker payudara lebih efektif, dengan dampak yang lebih kecil pada sel normal. Hal ini mengindikasikan mungkin ada komponen lain dalam racun yang membantu mengarah kan melittin secara lebih spesifik ke sel kanker.
Meski demikian racun lebah madu itu sendiri tidak dapat digunakan langsung sebagai pengobatan karena mengandung "komponen alergen dan beracun yang membuatnya tidak aman dalam bentuk alaminya."
Namun, dengan merekayasanya dan menambahkan komponen khusus, mereka berhasil meningkatkan presisinya, memungkinkan racun ini langsung menuju lokasi tumor dan membunuh sel kanker secara efektif.
Potensi dan Tantangan Terapi
Penelitian ini bukanlah yang pertama kali mengkaji melittin untuk pengobatan kanker. Dr Robert Clarke, direktur eksekutif The Hormel Institute, mengatakan studi ini berada dalam konteks penelitian yang serupa.
Namun, yang membedakannya adalah temuan bahwa beberapa subtipe kanker payudara mungkin lebih sensitif terhadap racun tersebut.
Meskipun penelitian saat ini fokus pada kanker payudara, para peneliti juga telah mulai menyelidiki apakah pengobatan serupa dapat digunakan untuk kanker ovarium. Hasil awal menunjukkan bahwa melittin yang ditargetkan memiliki efektivitas enam kali lipat lebih baik terhadap sel kanker ovarium dibandingkan melittin saja.
"ada selalu batasan untuk dipertimbangkan, dan penelitian ini tidak terkecuali," kata Dr Clark.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah mengembangkan terapi yang lebih bertarget yang dapat mengurangi ketergantungan pada perawatan tradisional seperti kemoterapi dan radioterapi, yang sering kali memiliki efek samping signifikan.'
Pada tahap ini, para peneliti melihat pendekatan melittin yang ditargetkan sebagai sesuatu yang dapat melengkapi pengobatan yang sudah ada, bukan menggantikannya.
(kna/kna)