Jakarta -
Presenter Evelina Tan akhirnya bernapas lega. Perjalanan kuliah S2 yang ditempuh resmi tuntas dalam waktu 1,5 tahun.
Sambil wara-wiri di dunia entertainment, Evelina Tan kini bergelar S2 di LSPR Institute of Communication and Business jurusan Marketing Communication. Ada tangis berkat lelah hingga hampir menyerah, perjuangannya berbuah manis dengan nilai memuaskan.
"Lega banget, rasanya terbayar sudah perjuangan 1,5 tahun kejar-kejaran waktu sampai nggak tidur-tidur," ujarnya saat dihubungi, Kamis (4/9/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Apalagi kalau ada deadline pas kerjaan di entertainment yang gak kenal waktu ini lagi padat-padatnya, sampai pernah nangis juga merasa overload banget," lanjutnya.
Selama satu setengah tahun, Evelina Tan berhasil ditempa mentalnya untuk membagi waktu kuliah, pekerjaan dunia hiburan, dan lainnya.
"Jadwal super padat dan tanggung jawab yang krusial selama 1,5 tahun ini ujian juga bagi prioritas dan latihan mental tahan uji dalam tekanan," katanya.
Tak berhenti di gelar baru, Evelina Tan sudah menyiapkan langkah berikutnya. Ia ingin mempraktikkan langsung ilmunya.
"Sesuai motivasi Eve S2 pengin jadi pengajar komunikasi. Minimal semakin mematangkan sekolah public speaking yang lagi dibangun sekarang," ujarnya.
"Selebihnya kalau ada tawaran lebih seru lagi untuk mengeksplorasi sisi master of communication Evelin, tentu Eve sangat sangat antusias untuk itu," sambungnya.
Di balik momen kelulusan yang haru, Evelina Tan tak dapat menahan rasa tersentuh dengan kejutan dari sang kekasih, Ivan Kabul.
"Sampai terharu. Ivan harusnya gak bisa ikutan sidang kelulusan Eve. Eh ternyata dia bela-belain, terus dibawain bunga dan ternyata dia beliin sash bertuliskan 'Evelina Witanama, S.I.Kom., M.I.Kom.'" ujarnya.
"Aw... sweet banget, berasa semua Evelin dirayakan banget sama Ivan," tambahnya.
Lebih dari sekadar pencapaian akademis, S2 juga membuat Evelina Tan sadar akan betapa luasnya dunia ilmu.
"Selama S2 ini Eve sering banget nemu momen 'eureka'. Semakin belajar, malah makin sadar betapa selama ini gak tahu apa-apa. Dan itu highlight terbesar, kalau ternyata semua hal selalu ada why-nya, semua bicara soal perspektif, bukan sekadar siapa benar atau salah," pungkasnya.
(mau/wes)