Eksponen Mahasiswa 98 Sebut Prabowo Sukses Bangun Kemandirian Pangan Nasional

3 months ago 20
Presiden Prabowo (kedua dari kanan) saat panen padi di Desa Randegan Wetan, Ligung, Majalengka, Jawa Barat, Senin (7/4/2025). Foto: Dok. Istimewa

Eksponen Gerakan Mahasiswa 1998, Haris Rusly Moti menilai Presiden Prabowo Subianto berhasil membuktikan komitmennya dalam membangun kemandirian pangan di Indonesia. Menurutnya, dalam waktu enam bulan pemerintahan, sektor pertanian nasional menunjukkan pencapaian yang menggembirakan, salah satunya dengan tercapainya swasembada beras.

Haris menyebut, Indonesia kini menikmati surplus produksi beras yang melimpah, dengan angka produksi gabah kering giling (GKG) pada periode Januari-April 2025 mencapai 24,22 juta ton, sementara produksi beras tercatat mencapai 13,95 juta ton.

Ia mengungkapkan, berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), konsumsi beras domestik tercatat sekitar 10,37 juta ton, yang berarti Indonesia saat ini tidak perlu lagi mengimpor beras.

"Saya pribadi cukup terharu dengan capaian 6 bulan pemerintahan di sektor pertanian. Dalam waktu yang terbilang singkat itu, kita berhasil mencapai swasembada beras, kita “kebanjiran” beras dari petani kita sendiri," kata Haris Rusly Moti dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Senin (28/4/2025).

Eksponen Gerakan Mahasiswa 1998, Haris Rusly Moti. Foto: Dok. Istimewa

Ia menyampaikan bahwa pemerintah melalui Perum Bulog juga berhasil menyerap 1,4 juta ton gabah dari petani pada bulan April 2025, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 994 ribu ton pada 2022.

Dengan kebijakan penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah kering panen (GKP) sebesar Rp 6.500 per kilogram, petani Indonesia merasakan manfaat langsung dari kenaikan harga gabah yang signifikan pada musim panen kali ini.

Menurutnya, momentum ini menunjukkan bahwa Indonesia mampu mandiri dalam sektor pangan meski di tengah gempuran kebijakan proteksionisme global. Apalagi saat ini situasi dunia sedang menghadapi perang dagang serta ketidakpastian geopolitik.

"Kita sedang menghadapi situasi peperangan mengunakan senjata tarif dan currency. Di tengah guncangan dan ketidakpastian situasi geopolitik tersebut, bangsa kita berhasil memulai langkah dengan dasar yang kuat dan arah yang tepat, yaitu membangun kemandirian di sektor pangan," ujar Haris.

Selain itu, Presiden Prabowo juga melakukan reformasi dalam distribusi pupuk, dengan menyederhanakan prosedur yang sebelumnya rumit, melibatkan lebih dari 145 aturan.

Dengan kebijakan baru ini, distribusi pupuk menjadi lebih cepat dan tepat sasaran, yang mendorong produktivitas pertanian yang lebih baik.

"Niat baik itu telah dibuktikan melalui implementasi nyata melindungi petani dan industri pertanian," tambah Haris.

Dengan segala pencapaian ini, ia berharap cita-cita Indonesia dapat sebagai lumbung pangan dunia beberapa tahun mendatang semakin nyata. Meski demikian, ia mendorong agar pemerintah juga mengajak pengusaha nasional dan akademisi untuk terlibat dalam riset dan inovasi guna meningkatkan hasil pertanian.

Disisi lain, Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Republik Indonesia, Sudaryono menjelaskan, saat ini, kebijakan Presiden RI Prabowo Subianto sangat berpihak pada petani seperti pemenuhan pupuk subsidi 100 persen, penetapan harga gabah Rp.6.500 per kilogram, serta pengalihan peran Bulog untuk menyerap gabah petani secara langsung.