REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Kepolisian Israel memulai penyelidikan atas berbagai tuduhan pelecehan seksual ritual terorganisir oleh tokoh Yahudi dan parlemen negara Zionis tersebut. Ini setelah para penuduh menyampaikan kesaksian mengerikan tentang penyiksaan, pemerkosaan, dan hal-hal mengerikan lainnya kepada anggota parlemen akhir bulan lalu.
The Times of Israel melansir, sidang pada 27 Juli lalu mencakup kesaksian dari orang-orang yang diduga sebagai korban, yang kini sudah dewasa, mengenai pelecehan yang mereka alami saat masih anak-anak. Pelecehan ini terjadi terutama di komunitas ultra-Ortodoks dan agama nasional di Yerusalem, Bnei Brak, Haifa, Safed dan di tempat lain.
Para penuduh menceritakan kisah-kisah pelecehan seksual mengerikan yang mereka alami saat masih anak-anak, biasanya dilakukan oleh sekelompok orang, yang melibatkan ritual, retorika keagamaan, dan ikonografi. Pelecehan tersebut terjadi di sekolah, sinagoga, rumah pribadi, gudang, kuburan dan hutan, menurut kesaksian mereka.
Beberapa perempuan menuduh bahwa tokoh agama dan tokoh masyarakat ikut serta dalam pelecehan tersebut. Seorang perempuan bernama Yael Ariel bersaksi bahwa dia telah mendengar laporan dari beberapa perempuan yang menyatakan bahwa “dokter, pendidik, petugas polisi, dan baik mantan maupun anggota Knesset saat ini” ikut ambil bagian.
Orang lain yang menceritakan pengalaman mereka meminta agar tidak disebutkan namanya agar dapat berbicara secara terbuka tentang penyiksaan mengerikan yang mereka alami.
“Saya berusia sekitar 15 tahun, diikat ke tempat tidur penyiksaan di ruang bawah tanah di wilayah Tel Aviv,” kata seorang perempuan. Ia mengingat sebuah insiden di mana para pelaku kekerasan – termasuk anggota keluarga – menyembelih seekor ular, mencampurkan darah ular dengan darahnya dan meminumnya, sambil memperkosanya dan menyebutnya sebagai “wadah suci.”
“Mereka mengikat saya dengan segala cara, menggunakan cambuk dan sengatan listrik, memperkosa saya,” kata korban selamat lainnya. Ia bersaksi bahwa dia berusia 5 tahun ketika dia mulai menderita “pelecehan yang tak tertahankan,” termasuk oleh para pemimpin agama dan pendidik yang mengatakan kepadanya bahwa dia “cacat” dan perlu “diperbaiki.”
Penuduh lainnya mengatakan bahwa ayahnya dan orang lain menganiaya dan memperdagangkannya saat masih anak-anak dalam “jaringan sadis yang melibatkan ritual,” yang diduga melibatkan tokoh-tokoh terkenal, termasuk politisi.