Disinggung Putin, Mungkinkah Manusia Hidup Abadi dengan Transplantasi Organ?

1 day ago 20
Jakarta -

Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin China Xi Jinping dalam sebuah kesempatan membicarakan soal 'kehidupan abadi' melalui transplantasi organ. Pertemuan ini terjadi ketika mereka sedang berjalan di Lapangan Tiananmen dalam parade militer Hari Kemenangan China.

"Organ manusia bisa terus ditransplantasi. Semakin lama kamu hidup, semakin muda kamu jadinya, dan bahkan bisa mencapai keabadian," kata Putin pada Xi melalui penerjemah.

Meski keduanya bukan ahli di bidang riset anti-penuaan, Xi menanggapi dengan senang hati ucapan Putin. Menurutnya, manusia sebenarnya bisa hidup lebih dari 100 tahun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Beberapa orang memprediksi abad ini manusia mungkin bisa hidup hingga 150 tahun," kata Xi pada Putin.

Pernyataan tersebut sebenarnya tak sepenuhnya salah. Memang ada spekulasi manusia secara teoritis punya kapasitas untuk hidup hingga 150 tahun. Namun, dalam praktiknya sangat kecil kemungkinan ada yang bisa mencapai usia tersebut sebelum ditemukan obat untuk kanker dan beragam penyakit mematikan lainnya.

Dikutip dari IFL Science, menurut data hingga saat ini belum ada manusia yang hidupnya melampaui Jeanne Calment di Prancis, yang meninggal pada 1997 di usia 122 tahun. Beberapa peneliti meragukan ada yang bisa melakukannya, karena secara teori organ manusia hanya memiliki batas usia maksimal 120 tahun.

Dari sinilah 'obsesi' Putin dengan organ yang lebih muda muncul. Sulit dipastikan apakah seseorang bisa bertahan hidup tanpa batas dengan cara terus menerus mengganti organ layaknya onderdil motor atau mobil, karena belum ada yang pernah mencobanya.

Alasan lain mengapa cara ini juga sulit dilakukan adalah persediaan organ manusia tidak muncul dengan mudah. Pada saat ini, masih ada banyak kekurangan organ bagi pasien-pasien yang membutuhkan.

Hal ini yang membuat tak sedikit ahli yang meneliti prosedur xenotransplantasi, donor dari organ hewan. Beberapa waktu terakhir, segelintir pasien telah menerima jantung hingga ginjal babi yang telah dimodifikasi secara genetik.

Ini tidak mudah, karena sistem imun penerima donor biasanya menolak organ tersebut.

Sebenarnya seberapa lama manusia bisa hidup jika tidak mengalami sakit apapun? Peneliti menemukan meski penyebab umum kematian diabaikan, kemampuan tubuh untuk memulihkan keseimbangan struktural dan metaboliknya akan menurun seiring waktu.

Penurunan tersebut menetapkan usia maksimum di kisaran 120-150 tahun. Sebuah penelitian menyebutkan, seiring bertambahnya usia, ada faktor di luar penyakit yang menyebabkan penurunan bertahap dan bisa diprediksi dalam parameter kemampuan tubuh mengembalikan sel darah dan pola gerak anggota tubuh.

Peneliti berpendapat hidup abadi seharusnya tidak menjadi sebuah fokus utama. Namun, adalah bagaimana hidup bisa dijalani dengan sehat. Hidup abadi tidak berarti hidup dengan sehat.

"Kematian bukan satu-satunya hal penting. Hal lain seperti kualitas hidup, semakin berarti ketika orang mulai kehilangan itu," kata Direktur Duke University Center for Study of Aging and Human Development Heather Whitson dikutip dari Scientific American, Minggu (7/9/2025).

"Pertanyaannya, bisakah kita memperpanjang umur tanpa juga memperpanjang proporsi waktu ketika orang berada dalam kondisi rapuh?," tandasnya.

(avk/kna)


Read Entire Article