Bahlil Ungkap Studi Kelaikan Pembangunan 17 Kilang Minyak Hampir Rampung

2 weeks ago 7
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia ditemui di Kantor Kementerian Investasi, Jakarta Selatan pada Rabu (1/10/2025). Foto: Argya D. Maheswara/kumparan

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengungkap proses feasible study (FS) atau studi kelaikan untuk pembangunan 17 kilang minyak Pertamina sudah hampir rampung. Saat ini, tim yang dikirim ke beberapa negara terkait FS tersebut juga sudah kembali ke Tanah Air.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa juga sempat menyinggung Indonesia yang tidak pernah lagi membangun kilang minyak baru sejak terakhir kali pada tahun 1988 yaitu Kilang Balongan.

“Ada 17 kilang sekarang. FS-nya udah hampir final dan tim kita yang ke beberapa negara di Afrika dan Amerika kan sudah balik. Jadi ini tinggal sedikit lagi tahap selesai,” kata Bahlil ditemui di Kantor Kementerian Investasi, Jakarta Selatan, Rabu (1/10).

Meski begitu, Bahlil tidak memberikan rincian detail dari 17 kilang tersebut. Ia hanya menyebut kilang-kilang tersebut akan berada di beberapa daerah seperti Jawa, Kalimantan sampai Papua. Selain itu, ia juga menuturkan bahwa 17 kilang tersebut merupakan kilang modular.

“Lokasinya di beberapa titik. Di Jawa, di Kalimantan, di Papua. Jadi dia (kilang) itu modular, tersebar di spot-spot,” ujarnya.

Sebelumnya, Menkeu Purbaya juga sempat mengingatkan, rencana pembangunan tujuh kilang baru oleh Pertamina yang dijanjikan sejak 2018 hingga kini tak ada satu pun yang terealisasi. Menurutnya, hal ini membuat Indonesia terus merugi karena harus mengimpor produk minyak jadi dari luar negeri.

Ia menambahkan, parlemen juga perlu ikut mengawasi Pertamina agar proyek-proyek strategis benar-benar berjalan. Jika tidak ada progres, pemerintah tak segan memangkas anggaran bahkan mengganti pimpinan perusahaan.

Purbaya mengungkapkan dirinya bahkan pernah menawarkan solusi alternatif kepada Pertamina dengan melibatkan investor asing untuk pembangunan kilang. Namun, usulan itu ditolak dengan alasan kelebihan kapasitas.

Menurut Purbaya, kelemahan di sektor hilir energi ini membuat subsidi semakin berat ditanggung negara. Padahal, jika kilang baru dibangun, Indonesia bisa lebih mandiri dan subsidi bisa ditekan agar tepat sasaran.

Read Entire Article