Saat Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un melakukan kunjungan terbaru ke Beijing, China, ia tidak hanya membawa rombongan diplomatik, tetapi juga sesuatu yang jauh lebih tak biasa yakni toilet pribadi berkeamanan tinggi.
Meski terdengar aneh, sumber intelijen dari Korea Selatan dan Jepang menyebut hal itu bukan sekadar kemewahan unik. Korea Utara dilaporkan mengambil langkah luar biasa untuk melindungi segala hal yang bisa memberi petunjuk tentang kesehatan Kim, termasuk fesesnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada protokol khusus untuk memastikan tidak ada jejak, bahkan sehelai rambut atau materi biologis, yang tertinggal," ujar seorang perwira intelijen Korea Selatan kepada Nikkei Asia, dikutip dari Financial Express.
Obsesi terhadap kerahasiaan ini terlihat jelas selama pertemuan terbaru antara Kim dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Beijing.
Menurut wartawan yang hadir, staf Kim terlihat secara metodis menggosok setiap permukaan yang disentuh pemimpin Korea Utara itu, mulai dari pelapis kursi hingga gelas tempat ia minum, sebelum pergi.
Adapun prosedur ini bukan hanya diterapkan oleh Kim Jong Un. Para pemimpin dunia, baik dari negara otoriter maupun demokrasi, telah mengadopsi kebiasaan serupa untuk melindungi informasi biologis yang sensitif.
Presiden Rusia Vladimir Putin, misalnya, diyakini bepergian dengan tim khusus yang bertugas mengambil dan membuang fesesnya dengan aman saat berada di luar negeri.
Menurut Paris Match, tim ini memastikan tidak ada sampel yang tertinggal, karena hal ini dapat digunakan untuk menganalisis kesehatan atau perawatan medis presiden.
Para ahli mengatakan alasannya sederhana, sampel tinja atau urine, secara teori, dapat mengungkap banyak hal tentang kesehatan seseorang, termasuk tanda-tanda penyakit, penggunaan obat-obatan, atau bahkan kondisi medis jangka panjang.
Kondisi Apa Saja yang Bisa Terdeteksi Lewat Feses?
Di sisi lain, tes feses atau tinja (stool test) digunakan untuk mencari patogen berupa bakteri, virus, hingga parasit, yang dapat menyebabkan penyakit. Tes feses juga dapat mencari tanda-tanda lain, seperti darah tersembunyi yang menandakan adanya masalah pada pencernaan, termasuk infeksi dan kanker.
Dikutip dari Cleveland Clinic, tes feses dapat memeriksa beberapa kondisi gastrointestinal, seperti:
- Fisura ani (luka kecil pada anus, tempat keluarnya kotoran).
- Anemia (kekurangan sel darah merah).
- Kolitis (pembengkakan atau iritasi pada usus besar, bagian dari usus).
- Polip usus besar (gumpalan sel kecil di usus besar).
- Kanker kolorektal (usus besar) .
- Divertikulosis (kantong menonjol dalam usus).
- Insufisiensi pankreas eksokrin atau Exocrine pancreatic insufficiency (EPC) (tidak mampu memecah makanan di usus).
- Perdarahan gastrointestinal (GI) .
- Wasir (pembengkakan pembuluh darah di anus).
- Infeksi ( bakteri , virus , atau parasit ).
- Penyakit radang usus atau Inflammatory bowel disease (IBD) (iritasi pada saluran pencernaan).
- Steatorrhea (lemak berlebih pada kotoran).
- Tukak lambung (luka pada lambung).
Jenis-jenis tes feses
Ada beberapa jenis pemeriksaan feses. Dokter akan memilih tes yang paling sesuai berdasarkan gejala yang dialami:
Fecal Occult Blood Test (FOBT): Tes ini memeriksa adanya jejak darah tersembunyi dalam feses. Jika hasilnya positif, berarti ada perdarahan di suatu bagian saluran pencernaan.
FIT-DNA test: Mirip dengan FOBT karena sama-sama mendeteksi jejak darah kecil di feses. Bedanya, tes ini juga memeriksa adanya DNA yang berubah (mutasi) yang bisa menjadi tanda kondisi prakanker atau kanker. (FIT adalah singkatan dari Fecal Immunochemical Test).
Tes infeksi: Tes ini bisa dilakukan dengan beberapa cara. Intinya, tujuannya mencari kuman (bakteri, virus, atau parasit) di feses, baik dengan menumbuhkan kuman di laboratorium, melihatnya di bawah mikroskop, atau mendeteksi DNA kuman.
(suc/kna)