Ahli Teliti DNA Wanita Usia 117 Tahun, Ternyata Ini Rahasia Panjang Umurnya

2 weeks ago 14
Jakarta -

Peneliti mencoba meneliti tubuh centenarian (manusia yang berhasil hidup lebih dari 100 tahun) bernama Maria Branyas yang bisa hidup hingga 117 tahun. Mereka ingin tahu apa yang berbeda dengan tubuh Maria, sehingga ia bisa hidup dalam waktu yang begitu lama. Mereka menemukan salah satu alasannya adalah Maryam memiliki genom yang sangat 'muda'.

Beberapa varian genetik langka yang ditemukan berkaitan dengan umur panjang, fungsi kekebalan, serta kesehatan jantung dan otak. Hasil penelitian ini didasarkan pada sampel darah, air liur, urine, dan feses yang diberikan Branyas sebelum ia wafat pada 2024.

Menurut tim ilmuwan di Josep Carreras Leukaemia Research Institute di Barcelona, sel-sel Branyas 'berperilaku' seolah-olah jauh lebih muda daripada usia kronologisnya. Ia melampaui angka harapan hidup rata-rata perempuan di kampung halamannya, Catalonia, lebih dari 30 tahun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski usianya sudah lanjut, Branyas tetap memiliki kesehatan yang baik. Ini ditandai dengan kondisi kardiovaskular yang prima dan tingkat peradangan yang sangat rendah.

Sistem kekebalan tubuh dan mikrobioma usus Branyas juga menunjukkan penanda yang serupa dengan kelompok usia jauh lebih muda. Lalu, ia ditemukan memiliki kadar kolesterol 'jahat' dan trigliserida yang sangat rendah, serta kadar kolesterol 'baik' yang sangat tinggi.

Semua faktor ini mungkin membantu menjelaskan kesehatannya yang luar biasa, sehingga bisa hidup lebih dari 100 tahun.

Branyas menjalani hidup yang aktif secara mental, sosial, dan fisik, tapi ia juga beruntung secara genetik. Pola makan Mediterania tinggi yogurt yang dilakukannya mungkin berperan, tapi umur panjang ekstrem kemungkinan dipengaruhi oleh beragam faktor genetik dan lingkungan.

Ilmuwan menemukan telomer (pelindung ujung kromosom) milik Branyas mengalami 'erosi besar'.

Meski telomer umumnya berfungsi melindungi DNA dan semakin pendek biasanya dikaitkan dengan risiko kematian lebih tinggi, penelitian terbaru menunjukkan pada usia yang sangat lanjut, panjang telomer tidak lagi menjadi indikator yang relevan untuk menilai penuaan.

Dalam kasus Branyas, telomer yang sangat pendek justru mungkin memberikan keuntungan biologis. Para peneliti berhipotesis bahwa masa hidup sel-sel tubuhnya yang lebih singkat bisa membantu mencegah kanker berkembang.

"Gambaran yang muncul dari studi kami, meski hanya berasal dari satu individu luar biasa ini, menunjukkan bahwa usia yang sangat lanjut tidak selalu identik dengan kesehatan yang buruk," tulis para peneliti yang dipimpin epigenetisis Eloy Santos-Pujol dan Aleix Noguera-Castells dikutip dari Science Direct, Kamis (25/9/2025).

Hasil penelitian Braynas sudah memberikan gambaran yang luar biasa terkait kesehatan dan harapan hidup. Namun, peneliti mengatakan diperlukan kelompok peserta penelitian yang lebih banyak untuk menarik kesimpulan.

Ini perlu dilakukan untuk membandingkan biomarker pada orang yang berusia sangat panjang dengan mereka yang lebih pendek umurnya.

(avk/naf)


Read Entire Article