Wisata Aek Sipitu Dai, Pesona Air 7 Rasa Pusuk Buhit Tempat Mandi Raja

5 days ago 5
Jakarta - Aek Sipitu Dai adalah mata air sakral di Kecamatan Sianjur Mula Mula, Kabupaten Samosir, Sumatra Utara. Mata air berusia ribuan tahun ini dulu digunakan para raja untuk mandi sebelum semedi untuk mengambil keputusan, berharap diberi kesehatan, dan rizki untuk warga serta keturunannya.

Hingga saat ini, mata air di kaki Pusuk Buhit ini masih terus mengeluarkan air meski lingkungan sekitar kering atau musim kemarau. Dengan airnya yang bersih dan bening, Aek Sipitu Dai memberi berkah pada lingkungan sekitar dan pengunjung yang datang.

"Masyarakat percaya keajaiban dari tujuh pancuran mata air Aek Sipitu Dai. Jika mandi dengan hati yang bersih bisa meningkatkan semangat dan motivasi diri, serta menghilangkan penyakit yang tak bisa diobati secara medis," tulis Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) dalam situsnya mengutip keterangan pemandu Aek Sipitu Dai Pasogit Limbong.

1. Punya 7 rasa

Pancuran dan batu berlubang untuk menumbuk kelapa dan jeruk nipis pada masa lalu di Aek Siputu Dai Pancuran dan batu berlubang untuk menumbuk kelapa dan jeruk nipis pada masa lalu di Aek Sipitu Dai (dok. BOPDT)

Air di Aek Sipitu Dai sempat dicoba detikTravel yang ternyata memang punya rasa berbeda. Rasa air di mata air pertama cenderung agak asin, sementara yang kedua sedikit bersoda. Beranjak ke mata air ketiga, ada rasa sedikit pahit yang bikin alis berkerut saat mencicipi.

Di mata air keempat rasanya agak bersoda mirip dengan mata air kedua dan keena,. Selanjutnya adalah mata air kelima yang tanpa rasa alias tawar, sedangkan mata air ketujuh rasanya pahit. Seluruh mata air diberi sekat karena kegunaannya sebagai pemandian sakral.

2. Tiap mata air punya nama dan khasiat

Pancuran Pangulu Raja di Aek Siputu Dai Pancuran Passur Pangulu Raja di Aek Sipitu Dai (dok. BOPDT)

Ketujuh nama mata air Aek Sipiti Dai serta khasiatnya adalah:

  • Pancuran Poso-poso: pancuran untuk kesembuhan bayi yang kurang sehat
  • Pancuran Nasohaguguan: pancuran untuk anak gadis yang belum mendapatkan jodh
  • Pancuran Sait Ladang: pancuran untuk keluarga yang belum dikaruniai keturunan
  • Pancuran Sibaso Bolon: pancuran untuk ibu hamil agar persalinan berjalan lancar
  • Pancuran Passur Pangulu Raja: pancuran untuk pemimpin agar selalu ingat untuk mengayomi masyarakatnya
  • Pancuran Passur guru Tatea Bulan: pancuran untuk keturunan Guru Tatea Bulan agar memperoleh kesehatan dan rezeki
  • Pancuran Pasur Hela: untuk kelompok yang lahir dari marga Sumba untuk memohon banyak rezeki dan berkomunikasi dengan leluhur.

3. Air boleh dibawa pulang

Aek Sipitu Dai Aek Siputu Dai (dok. Bonauli/detikcom)

Pengunjung bebas membawa pulang air dari Aek Sipitu Dai sesuai keperluannya. Jika tidak membawa botol minum sendiri, pengunjung bisa membeli jeriken dari warung sekitar. Di warung tersedia jeriken plastik berkapasitas 5 liter dengan jarha Rp 10-15 ribu.

Namun air jangan sampai dilangkahi atau diletakkan di lantai tanpa alas. Perlakuan ini dipercaya bisa mengurangi khasiat air. Sebaiknya air diambil dari 7 mata air dan dicampur saat hendak diminum. Air Aek Sipitu Dai kemudian dicampur air biasa dan dikonsumsi sehari-hari untuk menjaga kesehatan tubuh.

4. Boleh ziarah atau sekadar wisata

Aek Sipitu Dai Aek Sipitu Dai (dok. Bonauli/detikcom)

Menurut Pasogit, pengunjung bisa berwisata atau melakukan ziarah seperti para pendahulu. Namun wisatawan dan peziarah akan masuk lewat pintu berbeda. Wisatawan bisa masuk lewat pintu dan mata air yang mana saja.

Sedangkan untuk peziarah masuk lewat gerbang inti yang letaknya di pancuran paling tinggi. Peziarah berdoa lebih dulu dengan membawa persembahan di gerbang terletak di pojok dalam. Mereka yang ziarah biasanya mengenakan ulos dan dipandu selama di pancuran.

5. Posisi 7 mata air

Aek Sipitu Dai Aek Siputu Dai (dok. Bonauli/detikcom)

Posisi tujuh mata air di Aek Sipitu Dai berada di ruang laki-laki dan perempuan. Empat pancuran di ruang perempuan sementara sisanya di tempat khusus laki-laki. Namun pengunjung bisa melihat ketujuh sumur dengan mengucapkan permisi lebih dulu. Pengucapan izin adalah antisipasi jika ada yang sedang mandi.

6. Aturan selama di Aek Sipitu Dai

Mata air 7 rasa di Samosir Aek Sipitu Dai (dok. Sumper EH Simanjuntak/d'Traveler)

Tidak ada aturan durasi bagi pengunjung selama berada di Aek Sipitu Dai. Namun, pengunjung wajib menjaga kebersihan dan tidak boleh mencuci. Semua sampah harus dibersihkan dan tidak meninggalkan jejak. Jeriken wajib dibeli sesuai kebutuhan dan dibawa pulang.

Air di Aek Sipitu Dai sempat dicoba detikTravel yang ternyata memang punya rasa berbeda. Rasa air di mata air pertama cenderung agak asin, sementara yang kedua sedikit bersoda. Beranjak ke mata air ketiga, ada rasa sedikit pahit yang bikin alis berkerut saat mencicipi.

Di mata air keempat rasanya agak bersoda mirip dengan mata air kedua dan keena,. Selanjutnya adalah mata air kelima yang tanpa rasa alias tawar, sedangkan mata air ketujuh rasanya pahit. Seluruh mata air diberi sekat karena kegunaannya sebagai pemandian sakral.

Ketujuh nama mata air Aek Sipiti Dai serta khasiatnya adalah:

  • Pancuran Poso-poso: pancuran untuk kesembuhan bayi yang kurang sehat
  • Pancuran Nasohaguguan: pancuran untuk anak gadis yang belum mendapatkan jodh
  • Pancuran Sait Ladang: pancuran untuk keluarga yang belum dikaruniai keturunan
  • Pancuran Sibaso Bolon: pancuran untuk ibu hamil agar persalinan berjalan lancar
  • Pancuran Passur Pangulu Raja: pancuran untuk pemimpin agar selalu ingat untuk mengayomi masyarakatnya
  • Pancuran Passur guru Tatea Bulan: pancuran untuk keturunan Guru Tatea Bulan agar memperoleh kesehatan dan rezeki
  • Pancuran Pasur Hela: untuk kelompok yang lahir dari marga Sumba untuk memohon banyak rezeki dan berkomunikasi dengan leluhur.

Pengunjung bebas membawa pulang air dari Aek Sipitu Dai sesuai keperluannya. Jika tidak membawa botol minum sendiri, pengunjung bisa membeli jeriken dari warung sekitar. Di warung tersedia jeriken plastik berkapasitas 5 liter dengan jarha Rp 10-15 ribu.

Namun air jangan sampai dilangkahi atau diletakkan di lantai tanpa alas. Perlakuan ini dipercaya bisa mengurangi khasiat air. Sebaiknya air diambil dari 7 mata air dan dicampur saat hendak diminum. Air Aek Sipitu Dai kemudian dicampur air biasa dan dikonsumsi sehari-hari untuk menjaga kesehatan tubuh.

Menurut Pasogit, pengunjung bisa berwisata atau melakukan ziarah seperti para pendahulu. Namun wisatawan dan peziarah akan masuk lewat pintu berbeda. Wisatawan bisa masuk lewat pintu dan mata air yang mana saja.

Sedangkan untuk peziarah masuk lewat gerbang inti yang letaknya di pancuran paling tinggi. Peziarah berdoa lebih dulu dengan membawa persembahan di gerbang terletak di pojok dalam. Mereka yang ziarah biasanya mengenakan ulos dan dipandu selama di pancuran.

Posisi tujuh mata air di Aek Sipitu Dai berada di ruang laki-laki dan perempuan. Empat pancuran di ruang perempuan sementara sisanya di tempat khusus laki-laki. Namun pengunjung bisa melihat ketujuh sumur dengan mengucapkan permisi lebih dulu. Pengucapan izin adalah antisipasi jika ada yang sedang mandi.

Tidak ada aturan durasi bagi pengunjung selama berada di Aek Sipitu Dai. Namun, pengunjung wajib menjaga kebersihan dan tidak boleh mencuci. Semua sampah harus dibersihkan dan tidak meninggalkan jejak. Jeriken wajib dibeli sesuai kebutuhan dan dibawa pulang.

(row/fem)

Simak Video "Menguji Adrenalin dengan Tarzan Swing di Air Terjun Campuhan Bali "
[Gambas:Video 20detik]


Read Entire Article