Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, menyebut langkah itu terlalu berat untuk dicapai. Menurutnya, APBN justru seharusnya digunakan untuk mendorong pertumbuhan dan pemerataan, meski berujung pada defisit.
“Asal defisit tersebut masih di level yang sehat sekitar 2 persen dan pemerintah dapat me-manage utang yang menjadi pendanaan defisit, maka defisit bukanlah isu besar,” kata Wija kepada kumparan, Senin (18/8).
Ia menambahkan, mayoritas negara di dunia juga mengalami defisit, hanya segelintir negara kaya sumber daya dan berpenduduk sedikit seperti UEA, Brunei, Norwegia, Qatar, Kuwait, dan Libya yang konsisten mencatat surplus.
Pandangan serupa datang dari ekonom CORE Indonesia, Yusuf Rendy Manilet. Ia menilai target defisit nol lebih sebagai motivasi politik daripada kebijakan realistis.
Menurutnya, Indonesia masih membutuhkan APBN sebagai instrumen pemerataan, khususnya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
“Lebih baik kita defisit tetapi berinvestasi secara serius pada peningkatan kualitas SDM daripada surplus tetapi SDM kita tidak berdaya saing,” ujarnya.
Sementara itu, ekonom Celios, Nailul Huda, melihat masalah ini dari sisi struktur fiskal Indonesia yang memang ekspansif. Ia menilai kondisi defisit akan terus berlanjut karena belanja negara lebih besar daripada pendapatan.
“Defisit APBN masih akan terjadi sampai tahun 2027/2028 nanti karena rezim defisit fiskal. Kecuali, ada kemampuan swasta dan masyarakat untuk memberikan stimulus perekonomian,” jelas Huda.
Sebelumnya, Prabowo dalam pidato Nota Keuangan 2026 memaparkan rancangan postur APBN di hadapan MPR dan DPR. Pemerintah menargetkan belanja negara mencapai Rp 3.786,5 triliun dengan pendapatan Rp 3.147,7 triliun, sehingga defisitnya Rp 638,8 triliun atau 2,48 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Dalam kesempatan itu, Prabowo menegaskan komitmennya untuk melakukan efisiensi sekaligus mengurangi defisit secara bertahap. Bahkan ia menaruh harapan besar agar dalam dua tahun ke depan APBN bisa benar-benar seimbang.
“Dan adalah harapan saya, adalah cita-cita saya untuk suatu saat, apakah dalam 2027 atau 2028, saya ingin berdiri di depan majelis ini, di podium ini untuk menyampaikan bahwa kita berhasil punya APBN yang tidak ada defisitnya sama sekali,” ucapnya.