Susu ikan digadang-gadang sebagai alternatif pengganti susu sapi dalam Program Makan Bergizi dan Susu Gratis presiden terpilih Prabowo Subianto. Sebab saat ini stok susu sapi di Indonesia tidak mampu memenuhi kebutuhan program yang akan menyasar 82,9 juta orang meliputi ibu hamil hingga anak sekolah itu.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian, kebutuhan susu di Indonesia saat ini mencapai 4,3 juta ton per tahun. Sementara kontribusi susu dalam negeri terhadap kebutuhan susu nasional baru sekitar 22,7 persen, sisanya masih dipenuhi dari impor.
Tahun lalu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) meluncurkan susu ikan sebagai upaya mendorong hilirisasi produk perikanan. Produk inovasi tersebut berbahan baku ikan yang kemudian diproses dengan teknologi modern hingga menghasilkan Hidrolisat Protein Ikan (HPI) sebagai bahan baku susu ikan.
Susu ikan diklaim memiliki beragam keunggulan, seperti mengandung EPA, DHA dan Omega-3 yang tinggi, bebas alergen, hingga mudah dicerna tubuh karena memiliki tingkat penyerapan protein mencapai 96%.
Ikan memang mengandung zat gizi tinggi, seperti protein hewani, asam amino, mineral, hingga vitamin yang bisa bantu cegah stunting. Tapi, bagaimana tanggapan ahli gizi terkait produk inovasi susu ikan ini?
Respons Ahli Gizi Terkait Rencana Produksi Massal Susu Ikan
Dokter ahli gizi masyarakat, dr. Tan Shot Yen, mempertanyakan gagasan tersebut. Menurutnya, alih-alih dibuat susu, ikan lebih baik dikonsumsi langsung karena nutrisinya lebih utuh.
"Kalau bisa makan ikannya kenapa mesti ada pabrik susu ikan. Di daerah enggak ada ikan? Ada aneka telur, unggas," kata dr Tan kepada kumparanMOM, Selasa (10/9).
Dia mengaku sudah menjelajahi Indonesia dari Sabang hingga Merauke. Menurutnya, warga negara Indonesia seharusnya tidak kekurangan nutrisi karena ada banyak pilihan makanan di berbagai daerah dengan zat gizi yang sama baiknya, termasuk pilihan protein.
"Kita butuh literasi dan edukasi, bukan nambah industri," tuturnya.
Dokter Tan menyarankan, ketimbang membuat pabrik susu, alangkah baiknya jika pemerintah menerapkan ekonomi sirkular. Manfaatkan kearifan lokal untuk memenuhi kebutuhan nutrisi masyarakat, tanpa harus membuat industri baru.
"Yang pasti, ikan segar kaya manfaat dan bukan produk ultraproses," ujar dr Tan.