Jakarta -
Pengusaha mengomentari turunnya realisasi investasi asing atau Penanaman Modal Asing (PMA) pada kuartal II 2025. Data Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM menunjukkan jumlah PMA sebesar Rp 202,2 triliun, atau sekitar 42,3% dari total investasi.
Nilai tersebut turun 6,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni Rp 217,3 triliun. Sementara Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) tumbuh signifikan dengan realisasi Rp 275,5 triliun atau 57,7% dari total investasi kuartal II yang sebesar Rp 477,7 triliun.
Menanggapi hal tersebut Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Shinta Kamdani mengatakan, ke depan potensi investasi asing masih terbuka lebar. Apalagi jika Indonesia bisa memperoleh tarif lebih rendah lagi, misalnya sektor Tekstil dan Produk Tekstil, Indonesia bisa lebih bersaing dengan Bangladesh hingga Vietnam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dan memang kalau kita lihat, PMA itu kan juga masih melihat situasi dan kondisi. Sebenarnya secara menyeluruh, kalau kita lihat realisasi investasi yang ini kan bukan terjadi bulan kemarin. Ini sebenarnya yang dipersiapkan beberapa waktu sebelumnya," katanya dalam konferensi pers di kantor APINDO, Jakarta, Selasa (29/7/2025).
Artinya, dampak kebijakan tarif dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump belum mempengaruhi realisasi investasi. Sebagai informasi, Trump sempat mengancam akan mengenakan tarif 32% ke Indonesia, namun diturunkan menjadi 19% setelah adanya negosiasi perdagangan.
"Jadi kita juga selalu melihat, oke ini periode realisasi investasi itu seperti apa. Karena ini hubungannya dengan tarif Trump dan lain-lain ini belum kelihatan apa-apa sekarang. Ini kita ngomongin yang lalu," tambah Shinta.
Ke depan potensi investasi asing masih terbuka lebar. Apalagi jika Indonesia bisa memperoleh tarif lebih rendah lagi, misalnya sektor Tekstil dan Produk Tekstil, Indonesia bisa lebih bersaing dengan Bangladesh hingga Vietnam.
"Tidak menutup kemungkinan, kita ada juga relokasi investasi untuk industri ini. Seperti China juga sudah ada beberapa ya, saya rasa yang mulai masuk investasi TPT. Juga data center, banyak kesempatan saya rasa untuk masuk investasi," tambah Shinta.
Hilirisasi juga masih menarik bagi para investor asing. Apalagi, AS telah menyatakan ketertarikannya terhadap mineral kritis Indonesia juga membuka peluang tambahan investasi asing.
"Ini saya rasa itu ekosistem yang kita bangun oleh karena kita harus terus mendukung dari segi kepastian usaha, investasi, dan yang lain-lainnya. Saya juga mau menggarisbawahi bahwa sekarang kita juga punya banyak kompetisi seperti EBT dan lain-lain, ini terus menerus menjadi bagaimana caranya juga Indonesia kita bisa bermain lebih jauh," beber Shinta.
Sebelumnya, Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Perkasa Roeslani menyebut ketegangan geopolitik global sebagai faktor utama yang menekan laju investasi asing ke Indonesia.
Kalau kita lihat memang tidak bisa dipungkiri geopolitik yang meningkat. Ini tentunya mempengaruhi sekarang investasi di seluruh dunia," kata Rosan dalam Konferensi Pers Capaian Realisasi Investasi Triwulan II dan Semester I 2025 di Kantor Kementerian Investasi, Jakarta, Selasa (29/7/2025).
Simak juga Video: Ditanya soal Relisasi Investasi Asing di IKN, Ini Jawaban Jokowi
(ily/kil)