Menaker Sebut Akan Ada 2 Juta Pekerjaan Ramah Lingkungan 2029

2 days ago 2
 PHEIlustrasi pengeboran PT Pertamina Hulu Energi (PHE). Foto: PHE

Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli mengungkapkan akan banyak peluang lapangan pekerjaan di sektor energi ramah lingkungan.

Yassierli menyebut, berdasarkan studi Kementerian Energi dan Sumber daya Mineral (ESDM), Indonesia berpotensi menciptakan sekitar 2 juta pekerjaan ramah lingkungan pada tahun 2029. Jumlah tersebut enam kali lebih banyak dibandingkan pada tahun 2022.

Peluang ini muncul seiring percepatan transisi energi menuju sumber daya yang lebih bersih dan berkelanjutan. Menurutnya, akan ada hampir 2.000 pekerjaan baru yang telah diidentifikasi sebagai pekerjaan ramah lingkungan. Ia menilai hal tersebut merupakan peluang baik bagi Indonesia.

“Ini bukan hanya tentang menciptakan lapangan kerja baru, tetapi juga tentang menciptakan pekerjaan baru yang lebih baik,” kata Yassierli dalam acara Indonesia International Sustainability Forum 2025 di JCC, Sabtu (11/10).

Sekitar 90 persen pekerjaan hijau tersebut akan muncul di subsektor energi dan kelistrikan. Hal ini sejalan dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034, yang menyebutkan 75 persen pembangkit listrik baru akan berasal dari energi terbarukan.

Yassierli menilai potensi 2 juta lapangan kerja ini bukan hanya untuk menciptakan pekerjaan yang lebih baik, tetapi juga menyelesaikan masalah ketenagakerjaan terkait dengan pengangguran di Indonesia.

Namun demikian, Yassierli menyoroti akan ada empat tantangan utama dalam membangun pekerjaan dan keterampilan ramah lingkungan.

Pertama, adanya ketidaksesuaian antara kebutuhan industri dan kurikulum pelatihan profesional terutama dalam hal pekerjaan ramah lingkungan.

Kedua, ketimpangan regional dalam akses terhadap pelatihan. Sebagian besar potensi energi terbarukan berada di luar Pulau Jawa, sementara fasilitas pelatihan dan universitas unggulan masih terkonsentrasi di Jawa

“Jadi, ada juga pekerjaan rumah bagi kita dalam membangun lapangan kerja dan keterampilan ramah lingkungan terkait isu penyelesaian kesenjangan regional,” jelasnya.

Selanjutnya, tantangan ketiga adalah kondisi fasilitas dan infrastruktur pelatihan vokasi yang sebagian sudah usang, serta kurangnya instruktur dengan pengalaman industri dan paparan terhadap teknologi hijau. Menurutnya, teknologi hijau akan menjadi hal baru bagi mereka, sehingga pelatihan untuk pelatih juga akan dibutuhkan.

Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli, di acara Indonesia International Sustainability Forum 2025 di JCC, Sabtu (11/10/2025). Foto: Muhammad Fhandra Hardiyon/kumparanMenteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli, di acara Indonesia International Sustainability Forum 2025 di JCC, Sabtu (11/10/2025). Foto: Muhammad Fhandra Hardiyon/kumparan

Tantangan terakhir yaitu membangun lapangan kerja dan keterampilan ramah lingkungan terkait bagaimana isu transisi hijau dapat diintegrasikan ke dalam produktivitas. Menurutnya, inisiatif produktivitas di banyak sektor belum cukup mendorong permintaan terhadap tenaga kerja hijau.

Meski begitu, Yassierli optimistis. Saat ini, Kemnaker telah bekerja sama dengan Asian Productivity Organization (APO) untuk mengembangkan program pelatihan dan skema produktivitas hijau di Indonesia.

“Kami diarahkan sebagai pemimpin spesialis produktivitas hijau. Di sana, Indonesia dapat mengembangkan skema dan juga memberikan pelatihan bagi spesialis produktivitas,” ujarnya.

Read Entire Article