Makruhnya Mencela Penyakit atau Mencela Sakit

4 hours ago 4

Image Istadi Istadi

Khazanah | 2025-09-12 15:05:54

Di antara kewajiban kaum muslimin ketika tertimpa penyakit atau demam (penyakit yang sering kita jumpai di sekitar kita) adalah bersabar dan menahan diri untuk berkeluh kesah, atau berkata-kata yang menunjukkan protes terhadap takdir Allah Ta’ala atas dirinya dan ikhlas. Hendaknya kita bersabar, sebagaimana kita berusaha bersabar ketika menghadapi ujian dan musibah yang lainnya.

Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah r.a. bahwa Rasulullah SAW masuk ke tempat (atau menjenguk) Ummu Saib atau Ummul Musayyab, lalu beliau berkata:

Ada apa denganmu, Ummu As-Saib atau Ummul Musayyib, mengapa badanmu bergetar.”

Ummu As-Saib berkata,

(Ini karena) demam, semoga Allah tidak memberikan keberkahan kepadanya.”

Maka Rasulullah SAW bersabda:

Janganlah Engkau mencela/memaki-maki demam. Karena sesungguhnya demam itu bisa menghilangkan kesalahan-kesalahan (dosa) anak Adam, sebagaimana kiir (alat yang dipakai pandai besi) bisa menghilangkan kotoran karat besi.” (HR. Muslim).

Demam/penyakit itu terjadi karena takdir Allah SWT, Allah-lah yang telah menetapkan penyakit tersebut untuk manusia yang dicoba. Dan Allah Ta’ala pula yang mengangkat atau menyembuhkannya. Segala sesuatunya terjadi karena kehendak Allah Ta’ala. Manusia berupaya dan berikhtiar dan berdoa untuk terhindar dari sakit/penyakit. Oleh karena itu, tidak sepatutnya seseorang mencela demam, karena hal ini sama saja dengan mencela pencipta demam, yaitu Allah Ta’ala.

Tapi kita bisa melihat bagaimana Rasulullah SAW mengajarkan agar kita memandang sesuatu dari semua sudut sebagaimana diajarkan di hadits di atas. Maka beliau mengatakan, “Jangan kau cela demam. Karena demam mengusir dosa-dosa orang yang beriman.” Demam membersihkan seorang yang beriman dari dosa-dosanya. Orang yang terkena demam, panas tubuhnya menggigil, itu dosa-dosa sedang berguguran dari dirinya. Maka jangan mencela penyakit yang sedang diderita.

Memang secara naluri manusia adalah tidak tahan sakit. Maka, tugas manusia adalah bersabar ketika sakit dan tidak melakukan tindakan-tindakan, ucapan-ucapan yang menunjukkan ketidakridhaan. Jangan sampai kita mengeluarkan ucapan-ucapan yang dimurkai Allah. Ada orang yang menahan sakit, tapi hatinya penuh kebencian, murka kepada Allah. Maka dosa-dosanya tidak akan berkurang karena sakitnya tersebut, karena tidak ikhlas dan tidak bersabar.

Menjadi kewajiban atas seseorang jika tertimpa (demam) untuk bersabar dan mengharap pahala dari Allah Ta’ala dan bahwa demam itu bisa menghapus kesalahan (dosa) sebagaimana kiir bisa membersihkan karat (kotoran) besi. Hal ini karena jika besi dipanaskan di atas api, hilanglah karat yang menempel, dan besi itu pun menjadi bersih (mengkilap) kembali. Demikian pula demam, akan berdampak seperti itu juga bagi diri manusia (yaitu membersihkan dosa dan kesalahan).

Semoga kita selalu dilimpahkan kesehatan dan dijauhkan dari segala penyakit. Jika kita kena sakit, semoga kita selalu bersabar dan ikhlas atas cobaan Allâh SWT tersebut, sehingga bisa mengurangi dosa-dosa kita.

Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bishowab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Read Entire Article