Luhut soal Utang Whoosh: Siapa yang Minta APBN? Tak Ada, Tinggal Restrukturisasi

6 hours ago 5
Ketua DEN Luhut Binsar Panjaitan dalam acara 1 Tahun Pemerintahan Prabowo Gibran yang diselenggarakan Metro TV di JS Luwansa, Jakarta Selatan pada Kamis (16/10/2025). Foto: Argya D. Maheswara/kumparan

Ketua Dewan Energi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan angkat bicara mengenai polemik pembiayaan proyek kereta cepat Jakarta–Bandung (Whoosh). Ia menegaskan tidak ada pihak yang pernah meminta agar utang proyek tersebut dibayar menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

“Seperti kita ribut Whoosh, Whoosh itu masalahnya apa sih? Whoosh itu kan tinggal restructuring aja. Siapa yang minta APBN? Tak ada yang pernah minta APBN. Restructuring, saya udah bicara dengan China, karena saya yang dari awal mengerjakan itu,” tutur Luhut dalam gelaran 1 Tahun Pemerintahan Prabowo-Gibran di Hotel JS Luwansa, Kamis (16/10).

Luhut mengatakan, saat ini pemerintah tengah mempersiapkan restrukturisasi pembiayaan proyek tersebut. Pemerintah dan Danantara juga tengah menunggu terbitnya Keputusan Presiden (Keppres) untuk membentuk tim khusus yang mengurusi hal ini.

“Kita tinggal nunggu Keppres saja mengenai timnya. Saya juga sudah koordinasi dengan Pak Rosan (CEO Danantara), karena dulu saya yang nanganin. Jadi supaya berlanjut, saya sudah berita tahu Pak Rosan, dan beliau sepakat untuk segera kita tangani bersama,” jelasnya.

Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto kembali ke Jakarta naik Whoosh usai melakukan kunjungan kerja di Jawa Barat, Kamis (7/8/2025). Foto: Dok. Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden

Menurutnya, setelah Keppres terbit dan tim yang menangani permasalahan ini rampung dibentuk, tim akan segera bertugas untuk menggelar negosiasi dengan China. Terkait sumber pembayaran utang ke China, Luhut menyebut pemerintah akan melihat berbagai opsi pendanaan, termasuk kemungkinan menggunakan dividen BUMN.

“(Apakah pakai dividen?) nanti kita lihat lah, sama dengan LRT mungkin ada gap-nya itu berapa triliun. Nanti dari situ kita cicil sehingga dengan itu nanti bisa jalan,” imbuhnya.

Meskipun menegaskan proyek Whoosh tetap memerlukan dukungan pemerintah dalam bentuk subsidi, seperti halnya transportasi publik di negara mana pun. Namun, dia menekankan, subsidi tersebut harus diberikan secara terukur dan efisien.

“Tidak ada public transport di dunia ini yang menguntungkan. Selalu banyak subsidi pemerintah. Tapi tentu harus subsidi yang betul-betul terukur,” ujar Luhut.

Luhut juga menyinggung rencana pengembangan proyek kereta cepat hingga Surabaya. Menurut dia, studi awal sudah dilakukan, dengan mempertimbangkan efisiensi biaya dari pengalaman proyek Jakarta–Bandung.

“Kita sudah bikin preliminary study Whoosh sampai ke Surabaya. Dari Bandung ke Kertajati, Purworejo, Cilacap, Solo, sampai Surabaya. Pelajarannya, jangan banyak tunnel karena mahal, dan minimalkan pembebasan tanah. Cukup sejajar dengan jalur kereta atau jalan yang sudah ada,” terang Luhut.

Read Entire Article