Limbah Bom Perang Dunia II yang Beracun di Laut Kini Jadi Rumah Ikan - Kepiting

2 weeks ago 20
Gambar karya Andrey Vedenin ini menunjukkan makhluk laut yang hidup di tumpukan bahan peledak Perang Dunia II yang dibuang di Laut Baltik. Foto: Andrey Vedenin, GEOMAR via AP

Penemuan mengejutkan datang dari dasar Laut Baltik. Sebuah kapal selam penelitian, menemukan bahwa ikan, kepiting, cacing, hingga bintang laut di sana, dapat hidup subur di permukaan bom dan senjata peninggalan Perang Dunia II yang selama ini dianggap beracun bagi ekosistem laut.

Menariknya, ilmuwan menemukan lebih banyak makhluk laut yang hidup di atas tempat pembuangan senjata bekas Perang Dunia II daripada di dasar laut sekitarnya.

"Kami siap untuk melihat jumlah hewan dari berbagai jenis yang jauh lebih sedikit. Tapi ternyata hasilnya justru sebaliknya," kata Andrey Vedenin, penulis studi dari Institut Penelitian Senckenberg di Jerman, mengutip Associated Press.

Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Communications Earth and Environment ini dilakukan di Teluk Lübeck, Jerman, di area bekas tempat pembuangan senjata.

Di perairan Jerman sendiri, diperkirakan terdapat 1,6 juta ton senjata sisa perang, termasuk bom V-1 buatan Nazi, yang masih mengandung bahan peledak dan kimia berbahaya. Meski demikian, senjata-senjata itu justru menjadi rumah bagi anemon laut, kepiting, hingga ikan.

Penelitian sebelumnya juga telah menunjukkan bangkai kapal dan bekas kompleks senjata terdapat banyak keanekaragaman hayati.

Ilustrasi U-boat, kapal selam milik Nazi saat Perang Dunia II. Foto: Topical Press Agency/Hulton Archive/Getty Images

Menurut Vedenin, salah satu alasan yang membuat biota laut hidup di bekas permukaan peledak, mungkin karena ketertarikan pada permukaan keras, yang jumlahnya terbatas di Laut Baltik.

Dasar laut sebagian besar berupa hamparan lumpur dan pasir yang datar karena batu serta bongkahan batu dipancing dari air untuk konstruksi pada tahun 1800-an dan 1900-an.

Daerah laut Baltik cukup terisolasi dari aktivitas manusia karena paparan bahan kimia, sehingga menciptakan semacam gelembung perlindungan bagi makhluk-makhluk itu untuk berkembang biak meskipun ada beberapa akibat racunnya.

Para ilmuwan berharap dapat menghitung seberapa banyak kontaminasi yang diserap oleh kehidupan laut. Langkah penting lainnya adalah melihat apa yang akan terjadi setelah makhluk tersebut menetap dan apakah mereka mampu untuk bereproduksi.

Ahli biologi konservasi laut, David Johnston, mengatakan studi ini menjadi bukti bagaimana alam memanfaatkan sisa-sisa manusia untuk digunakan dalam bertahan hidup. Ia juga telah memetakan kapal-kapal Perang Dunia I yang tenggelam dan menjadi habitat bagi satwa liar di sepanjang Sungai Potomac, Maryland.

"Saya pikir itu adalah kesaksian yang sangat keren tentang kekuatan hidup," kata Johnston.

Reporter: Muhamad Ardiyansyah

Read Entire Article