Kisah Pelopor Pemandu Wisata Perempuan di Afghanistan

21 hours ago 2
Kabul -

Sejak Taliban berkuasa, pesona wisata Afghanistan seakan hilang secara perlahan. Menolak dilupakan, seorang wanita pemandu wisata hadir untuk membagikan keindahan negerinya.

Ia bernama Somaya Moniry (24), seorang perempuan Afghanistan yang mempelopori tur khusus perempuan di tanah kelahirannya. Profesi pemandu wisata ia temukan secara tidak sengaja saat ia tengah fokus meningkatkan kemampuan bahasa Inggris secara daring.

Dikutip dari Independent UK pada Jumat (1/8), Moniry bergabung dengan Coachsurfing, sebuah aplikasi penghubung turis dengan warga lokal, di mana turis bisa menginap di rumah warga secara gratis.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat itu Moniry kedatangan seorang turis. Sebagai tuan rumah yang baik, ia pun mencoba menemani turis itu jalan-jalan ke Afghanistan barat. Betapa terkejutnya ia, melihat sisi baru negaranya.

"Sebagian besar hal yang kami dengar (tentang Afghanistan) hanyalah hal-hal negatif. Fokus masyarakat, fokus media, fokus berita utama, semuanya hanyalah hal-hal negatif. Dan tentu saja kami terpengaruh oleh hal itu," kata Moniry.

Usai berkunjung dari sana, ia merasa harus melakukan sesuatu. Afghanistan yang ia kenal kini jauh lebih bernuansa. Meskipun ada kekacauan akibat perang, namun ada sisi lain yang menakjubkan.

Kecintaannya pada tanah airnya begitu dalam, dan ia ingin membagikannya. Ia berharap dapat secara bertahap mengubah persepsi orang-orang.

"Setiap kali saya melihat semua alam itu, semua keindahan itu, semua hal positif itu, pandangan saya berubah total," kata Moniry dalam bahasa Inggrisnya yang antusias.

Membuka Tur Khusus Perempuan

Minory kini membuka tur khusus perempuan, salah satu turis yang memesannya adalah Suzanne dari Australia. Keinginan untuk menjelajahi Suzanne sudah ada sejak tahun 1960-an, tapi saat itu tekanan keluarga membuatnya mengurungkan niatnya.

Kini di usia 82 tahun, ia menjadi bagian dari rombongan tur khusus perempuan Moniry di Kabul.

"Ini sama sekali tidak seperti yang saya harapkan. Saya mengira akan merasa agak takut. Saya mengira akan diberi banyak... tatapan menuduh. Tidak sama sekali," kata Suzanne.

"Ke mana pun Anda pergi di jalanan, jika Anda tersenyum kepada seseorang dan mengangguk kecil atau menyapa, Anda akan mendapatkan respons yang luar biasa. Jadi, rasanya sangat berbeda."

Jackie Birov, seorang pelancong independen berusia 35 tahun dari Chicago yang tidak termasuk dalam rombongan tur, menyebut orang-orang Afghanistan 'luar biasa ramah'.

"Saya sangat menyadari bahwa saya memiliki lebih banyak kebebasan daripada perempuan lokal," katanya.

Perang 4 Dekade Bikin Pariwisata Afghanistan Merana

Perang selama empat dekade telah membuat wisatawan menjauh dari Afghanistan. Namun, meskipun pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban pada Agustus 2021 telah menyebabkan ribuan warga Afghanistan mengungsi dan menggemparkan dunia, berakhirnya pemberontakan mereka terhadap pemerintah sebelumnya yang didukung AS juga menandai penurunan tajam dalam kekerasan.

Pariwisata merupakan industri yang masih berkembang, dengan jumlah pengunjung tahunan yang masih rendah, hanya ribuan. Sebagian besar adalah wisatawan petualang independen. Namun, paket wisata berpemandu semakin meningkat dari berbagai negara seperti Tiongkok, Yunani, Belanda, dan Inggris.

Visa turis, biasanya visa sekali masuk yang berlaku hingga 30 hari, kini relatif mudah diperoleh dari kedutaan besar. Penerbangan transit reguler yang menghubungkan Kabul terbang dari Dubai dan Istanbul.

Zoe Stephens (31), seorang pemimpin tur Inggris di Koryo Tours, memberikan layanan perjalanan ke destinasi-destinasi yang tidak biasa. Ia yakin bahwa Afghanistan mampu untuk menjual pariwisatanya.

Dari tiga tur terbaru yang dipimpin Stephens di Afghanistan, dua di antaranya khusus perempuan. Stephens bekerja sama dengan pemandu perempuan lokal, salah satunya Moniry. Mereka menggabungkan atraksi-atraksi utama dengan kunjungan ke pusat-pusat perempuan serta kelas memasak dan menyulam dari perempuan lokal, kegiatan yang terutup untuk wisatawan pria.

"Kami selalu berusaha melakukan sesuatu yang sedikit berbeda yang benar-benar membuat tur kami unik, sekaligus memberikan kontribusi bagi masyarakat," kata Stephens.

"Jadi, saya merasa bekerja sama dengan pemandu wisata perempuan memberikan kedua hal tersebut dengan sangat baik."

Kelompoknya kecil - satu terdiri dari delapan perempuan, yang lainnya tiga - tetapi perusahaan ini ingin membangun jaringan pemandu perempuan di seluruh Afghanistan.

"Yang kami coba lakukan dengan tur ini, terutama tur perempuan, adalah mengatasi masalah etika tersebut," kata Stephens.

"Idenya adalah untuk mempelajari kehidupan perempuan Afghanistan dalam konteksnya."

Simak Video "Video: Bom Bunuh diri di Ponpes Pakistan, 6 Orang Tewas Termasuk Ulama Taliban"
[Gambas:Video 20detik]
(bnl/wsw)


Read Entire Article