Jangan Sampai Macet! Begini Cara Atur Duit buat Cicil Kredit Kendaraan

2 hours ago 1

Jakarta -

Berbelanja dengan menggunakan cicilan atau kredit merupakan hal yang umum dilakukan masyarakat, seperti untuk membeli kendaraan bermotor. Meski demikian, keputusan tersebut tetap memerlukan pertimbangan yang matang agar cicilan tidak membebani konsumen.

Apalagi, saat ini mulai terlihat tren masyarakat Indonesia kesulitan untuk membayar cicilan kendaraan bermotor, hingga berujung pada penarikan unit. Oleh karena itu, masyarakat harus semakin pintar untuk mengatur keuangannya.

Perencana Keuangan dari Tatadana Consulting, Tejasari Asad menilai, kesulitan membayar cicilan kendaraan kemungkinan disebabkan adanya penurunan penghasilan, baik di sisi usaha atau bisnis banyak yang mengalami penurunan, serta banyak terjadi PHK. Penghasilan masyarakat berkurang, sementara kewajibannya tetap.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, penyebab lainnya ialah terjadi peningkatan pada utang yang dimiliki. Jadi walaupun tidak terjadi penurunan penghasilan di para pegawai, kewajiban membayar cicilan utang meningkat, sehingga menjadi berat untuk melunasi semua cicilan utangnya.

"Ketika utang meningkat, memang sebaiknya segera membereskan utang konsumtif, berhemat mengurangi impulsif belanja, agar keuangan bulanan kita menjadi lebih baik dan bisa mencicil utang kendaraan ini," ujar Teja, kepada detikcom, Kamis (14/8/2025).

Namun apabila pengeluaran sudah tidak bisa dikurangi, masyarakat bisa mengajukan reschedule cicilan utang dengan memperpanjang waktu pembayaran utang. Dengan demikian, cicilan bulanan bisa turun dan lebih sesuai dengan kondisi keuangan kita saat ini yang mungkin sedang berat.

Mengambil pilihan untuk kredit kendaraan bukanlah hal yang sederhana bagi sebagian orang. Untuk memastikan keuangan tetap sehat, ada beberapa hal yang perlu diperhitungkan. Teja menyarankan agar rasio utang setidaknya 35% dari penghasilan bulanan.

"35% ini termasuk semua hutang, seperti KPR, cicilan kendaraan, serta hutang lainnya, sehingga sebelum kita mengambil pinjaman, coba cek dulu apakah total cicilan bulanan kita sudah melewati batas atau masih bisa kita tambah cicilannya," ujarnya.

Apabila sudah melewati batas 35%, Teja mengatakan, artinya konsumen harus mencari alternatif lain. Beberapa hal yang bisa dipertimbangkan yakni membeli kendaraan yang jauh lebih murah supaya cicilan bulanan tidak memberatkan, atau membereskan dulu utang lainnya atau utang konsumtif yang mungkin masih ada.

Sementara itu, Perencana Keuangan dari Advisors Alliance Group Indonesia, Andy Nugroho, menilai bahwa porsi cicilan idealnya maksimal di angka 30% dari penghasilan. Ia juga mengingatkan pentingnya untuk memilih mobil yang sesuai dengan kemampuan membayar.

"Bila ternyata sebelumnya sudah ada cicilan-cicilan lainnya, maka jumlah cicilan mobilnya harus diturunkan dulu sehingga total maksimal cicilan kita adalah 30%. Caranya adalah dengan memilih mobil yang lebih sesuai dengan budget kita," ujar Andy, dihubungi terpisah.

Menurut Andy, penyebab masyarakat kesulitan dalam membayar cicilan kendaraan bisa karena berbagai hal. Adapun alasan-alasan yang paling umum antara lain pertama, terdapat kebutuhan mendesak lainnya yang harus segera dipenuhi, sehingga menggerus keuangan.

Kedua, makin mahalnya harga-harga kebutuhan yang perlu didahulukan. Ketiga, gaya hidup yang berlebihan, di mana rasa impulsif dalam berbelanja, dapat membuat uang tanpa sadar sudah habis duluan. Contoh berbelanja barang-barang yang sebenarnya tidak penting dan hanya keinginan semata.

"Walaupun bayarnya secara kredit dan nominalnya mungkin tidak besar, namun bila ada sekian banyak pembelanjaan dan cicilan yang harus dibayarkan, maka akan berimbas nominalnya besar juga," kata Andy.

Lalu yang keempat, kecanduan judi online (judol). Meski ini terlihat sepele bagi sebagian orang, namun ternyata sama seperti gaya hidup yang impulsive, lama kelamaan akan menggunung jumlahnya dan membuat masyarakat tidak dapat memenuhi kebutuhan lainnya.

(acd/acd)

Read Entire Article