Jakarta -
Mantan karyawan daycare Wensen School bernama Anti mengaku menyaksikan tersangka Meita Irianty (37) alias Tata Irianty menganiaya balita dan bayi. Anti mengaku memilih resign dari pekerjaannya untuk melaporkan penganiayaan yang dilakukan Meita tersebut ke orang tua korban.
"Yang pertama aku kerja itu benar-benar karena ikhlas, aku sayang sama anak-anak. Aku enggak pengen ada korban lagi. Makanya aku mau melindungi K sama H (dengan melaporkan perbuatan Meita)," kata Anti kepada wartawan di Jalan Tb Simatupang, Jakarta Selatan, Jumat (16/8/2024).
Anti mengaku dirinya memutuskan resign setelah mengetahui perbuatan Meita kepada korban. Ia juga memutuskan untuk melaporkan hal ini kepada orang tua korban.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya sudah resign. Jadi ketika saya mengajukan diri untuk memberi tahu orang tua korban, setelah dari situ saya juga memutuskan untuk berhenti," jelasnya.
Dia mengaku sebelum memutuskan hal itu, sudah menyelidiki lebih dulu akar masalah penganiayaan yang dilakukan Meita. Setelah mendapatkan bukti-bukti, ia pun melaporkan hal tersebut ke orang tua korban.
"Jadi memang saya selidiki dulu akar masalahnya di mana, setelah sudah saya temukan bukti-buktinya terus kesaksian yang saya lihat sendiri saya lapor ke orang tua, baru hari itu juga saya mengajukan resign," ucapnya.
Kesaksian Anti
Anti menuturkan sejak awal bekerja di Wensen School, dia menaruh kecurigaan terkait peraturan dan sistem di daycare Wensen School yang berbeda dari tempatnya mengajar sebelumnya. Namun, dia tetap mempertahankan pekerjaan tersebut karena belum menelusuri lebih dalam.
"Kalau aku lebih keganjel aja karena peraturan sama sistemnya mungkin beda sama tempat aku ngajar sebelumnya. Cuma aku pertahanin gitu, mungkin aku ngerasanya cuman di awal-awal aja kali ya, aku juga baru. Belum aku telusuri lebih dalam gitu, jadi keganjalnya mungkin pas di awal-awal aja," kata Anti.
Namun, saat ditelusuri lebih jauh, Anti mengaku heran dengan perlakuan Meita kepada bayi, balita, juga para guru.
"Tapi pas makin ke sini kok ya kaya gitu, bahkan juga perlakuannya beliau tuh kaya gitu. Bukan terhadap korban aja, tapi terhadap kami para guru," jelasnya.
Dia mengatakan Meita pernah mencaci dirinya. "Ya aku pribadi sendiri tuh pernah dibilang kaya 'Ih gembel pakai kerudungnya itu terus, nggak bisa beli yang baru ya?' ujarnya.
Dia mengatakan juga pernah bertemu Meita saat pemeriksaan polisi. Meita sempat menegurnya dengan mimik wajah tak mengenakkan.
"Oh kalau yang waktu ditemuin paling di polisi aja, karena kan saya waktu itu dipanggil, ada beliau juga. Saya kaget terus dia nyapa saya dengan mukanya tuh kaya muka kesel gitu, cuman nyapa 'Selamat malam Bu Anti' gitu aja," jelasnya.
Lebih lanjut, Anti mengatakan dia digaji Rp 250 ribu oleh Meita. Menurutnya, hal itu jauh dari kesepakatan. Bahkan, dia juga dituntut untuk mencuci gordeng, membersihkan kamar anak-anak, mencuci baju anak-anak, hingga membersihkan kulkas maupun dapur.
"Per minggunya tuh digaji Rp 250 ribu, dengan kerjanya ya mungkin bisa dibilang kaya pembantu ya, dibandingkan (tempat kerja saya) yang sebelum-sebelumnya. Iya, jauh dari kesepakatan, karena kerja di situ dengan gaji Rp 250 ribu saya melingkupi harus mencuci gordeng, kamar anak-anak, mencuci baju anak-anak, membersihkan kulkas, dan dapur," tuturnya.
(mea/mea)