Jakarta -
Grup lawak legendaris 4 Sekawan menyoroti perbedaan mencolok antara gaya lawakan masa kini dan era mereka dulu.
Lawakan zaman dulu disebut lebih terstruktur, memiliki batasan, dan menuntut kepekaan sosial yang tinggi. Hal inilah yang menurut mereka membuat lawakan dulu jauh lebih sulit dan berkualitas.
"Kita merasa bahwa lawakan zaman dulu dan zaman sekarang itu, lawakan zaman dulu itu lebih bagus dan lebih sulit," kata Derry, anggota grup lawak 4 Sekawan saat ditemui di Studio Trans TV, Jalan Kapten P Tendean, Jakarta Selatan, Kamis (31/7/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, para pelawak generasi saat ini lebih leluasa dalam bercanda. Sering kali candaan itu melewati batas-batas yang dulu sangat dijaga ketat.
"Dulu kan suku, agama, ras, antar golongan, pornografi, itu kan gak boleh kan dulu. Sekarang bablas. Mereka kalau suruh ngelawak zaman dulu belum tentu bisa," terang Derry.
Bagi 4 Sekawan, menjaga agar lawakan tetap lucu tanpa menyinggung adalah prinsip yang tak bisa ditawar. Mereka terbiasa melakukan penyaringan dalam setiap materi yang mereka tampilkan.
"Jadi, kita lebih punya filter. Itulah kita ngelawak tidak menyinggung orang, tidak menyinggung SARA, segala macam," tutur Derry.
Anggota grup 4 Sekawan lainnya, Ginanjar, mengatakan seni mengkritik dalam komedi tetap harus menjaga etika.
"Bagaimana mengkritik pemerintah, mengkritik sosial, terhadap masyarakat, tapi tidak menyinggung," ujar Ginanjar.
Humor menurut mereka seharusnya tetap memiliki nilai-nilai luhur yang tidak hanya menghibur, tetapi juga memberi makna.
"Kita tetap kita punya batas-batasan, yang namanya humor itu harus punya sifat, humor adalah humanis dan moralis," jelas Derry.
Dalam kesempatan yang sama, Derry yang sempat menjabat sebagai Ketua umum Persatuan Seniman Komedi Indonesia (PaSKI) menekankan perbedaan antara lawakan dan sekadar candaan.
"Susah kalau lawak yang benar. Kalau bercanda, gampang. Nah yang sekarang tampil adalah bercandaan, bukan lawakan. Cela-celaan," beber Derry.
Ginanjar menyebut filter dalam berkarya adalah hal mutlak bagi mereka agar tak merugikan orang lain.
"Dulu kita masih ada filter. Jadi, kita benar-benar saring, gak sampai nyinggung orang banget gitu loh. Begitu," pungkas Ginanjar.
(ahs/pus)